Rabu, 11 Desember 2013

Pembelajaran Bahasa

1. Pembelajaan Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan yang sangat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Peranan menyimak dalam kehidupan manusia untuk:(1) landasan belajar bahasan, (2) penunjang keterampilan yang lain, yaitu berbicara, membca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambah informasi. 

Kegiatan menyimak dalam kehidupan manusia untuk: (1) memperoleh informasi, fakta dan insprasi; (2) membedakan bunyi bahasa dengan tepat, (3) menikmati dan menghargai pembicaraan; (4) menilai hasil simakan; dan (5) meningkatkan keterampilan berbahasa.  Sebagai suatu proses, menyimak berlangsung dengan tahapan-tahapan: (1) mendengarkan, (2) memahami, (3) menginterprestasi; (4) menilai simakan, dan (5) menanggapi. Sebagai suatu proses, menyimak berlangsung dengan tahapan-tahapan: (1) mendengarkan; (2) memahami; (3) menginterprestasi; (4) mengevaluasi; dan (5) meningkatkan keterampilan berbahasa.

Untuk dapat menyimak dengan baik terhadap bahan simakan diperlukan kemampuan: (1) memusatkan perhatian; (2) menangkap bunyi; (3) mengingat; (4) linguistik dan non-linguistik; (5) menilai, dan (6) menanggapi. 

Terdapat sejumlah jenis menyimak, tergantung dari aspek mana yang ditekankan. Aspek-aspek yang dijadikan dasar pengklasifikasian menyimak: (1) sumber suara, (2) cara menyimak,(3) taraf hasil simakan; (4) keterlibatan penyimak dan kemampuan khusus; dan (5) tujuan menyimak. 
Dalam menyimak melibatkan beberapa faktor, antara lain: pembicara, pembicaraan, situasi, dan menyimak. Aktivitas dapat efektif bila faktor-faktor tersebut memenuhi sejumlah persyaratan antara lain:
  • Pembicara: menguasai materi, berbahasa yang baik dan benar, percaya diri, berbicara sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan pendengar.
  • Pembicaraan: aktual, berguna, dalam pusat minat menyimak, sistematis seimbang dengan taraf kemampuan penyimak. 
  • Situasi: ruangan mendukung, waktu tepat, ketenangan terjamin dan peralatan mudah digunakan. 
  • Penyimak: kondisi sehat dan fisik mental, perhatian terpusat. Tujuan jelas, minat tinggi, berkemampuan linguistik dan non linguistik dan berpengetahuan dan pengalaman luas. 
Bahan Pembelajaran Menyimak 
Tujuan utama pembelajaran menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu, pemilihan bahan pembelajaran menyimak harus anda sesuaikan dengan karakteristik siswa SD.  Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang Anda susun sendiri atau Anda ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh guru atau melalui alat perekam suara. 

Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, guru secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikan atau menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan, menceritakan kembali, menemukan tema, atau menyimpulkan.
1) Metode Pembelajaran Menyimak
Beberapa metode menyimak yang dapat dilaksanakan di kelas tinggi sekolah dasar antara lain: 1) Metode menjawab pertanyaan; 2) Metode identifikasi tema kalimat topik/kata kunci; 3) Metode penyelesaian cerita; 4) Metode parafrasa; 5) Metode merangkum pembicaraan; 6) Simak ulang ucap; 7) Simak uang tulis; 8) Dikte; 9) Bisik berantai; 10) Permainan bahasa 

2. Pembelajaan Berbicara
a. Klasifikasi Berbicara
Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Adapun materi pembelajaran berbicara di sekolah dasar diantaranya: 1) bercakap-cakap, 2) berdialog, 3) berdiskusi, 4) wawancara, 5) berpidato, 6) bermain peran; 7) berbalas pantun; dan sebagainya.
b. Bahan dan Strategi Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, bercakap-cakap. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intoasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara dan pemahaman. 

3. Pembelajaran Membaca 
a. Pembelajaran Membaca Permulaan 
Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak di TK. Rubin (1993) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini.
1) Kegiatan Membaca Permulaan
  • Peningkatan ucapan. Kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan murid mengucapan bunyi-bunyi bahasa. 
  • Kesadaran Fonetik (Bunyi). Kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna. Kesadaran fonemik meliputi: a) Pembedaan bunyi; b) Pembedaan huruf; c) Konsonan awal dan akhir, klaster awal dan akhir, konsonan yang dilambangkan dua huruf (ny, ng, kh, sy); d) Vokal dan diftong; e) Huruf-huruf tertentu dan bunyinya; dan f) Suku kata
  • Hubungan antar Bunyi-Huruf. Pengetahuan tentang hubungan bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca. Jika anak mengalami kesulitan dalam hal hubungan huruf-huruf, guru perlu mengajarkan hubungan huruf-huruf secara terpisah. Guru dipandang perlu mengidentifikasikan apakah anak telah dapat dengan tepat mencocokkan bunyi dengan huruf. 
  • Kemampuan mengingat
  • Orientasi dari kiri ke kanan 
  • Keterampilan kosa kata dan makna kata 
Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi simbol tulis, mengucapkan dan menghubungkan dengan makna. 

2) Materi Pembelajaran Membaca Permulaan 
Berdasarkan Kurikulum atau silabus mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah disusun pada sekolah setempat salah satu contoh materi pembelajaran membaca permulaan ialah sebagai berikut.
Kelas I:
Materi kelas I diurutkan sebagai berikut:
Semester Pertama:
a. Persiapan (Pramembaca)
Pada tahap persiapan (pramembaca) ini, kepada anak dikenalkan tentang: (1) sikap duduk yang baik, (2) cara meletakkan atau cara menempatkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (5) melihat/memperhatikan gambar atau tulisan.
Pada tahap persiapan ini sering dinamakan tahap membaca tanpa buku. Setelah tahap ini, yaitu tahap sesudah pramembaca disebut tahap membaca dengan buku. 
b. Sesudah Pramembaca:
Pada tahap Membaca permulaan ini anak dikenalkan tentang: (1) lafal atau ucapan kata (menirukan guru), (2) intonasi kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal anak, (3) kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal).
Huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap. Tahap pertama, dikenalkan sampai dengan 14 huruf. Keempat belas huruf tersebut sebagai berikut:
1) a, i, m, dan n
2) u, b, dan l
3) e, t, dan p
4) o dan d
5) k dan s
Misalnya:
1) kata: ini, mama; untuk kalimat: mi mama
2) kata: ibu, lala; untuk kalimat: ibu lala
3) kata: itu, pita, ela; untuk kalimat: itu pita ela
4) kata: itu, bola, dadi; untuk kalimat: itu bola dadi
5) kata: kaki, siti, dua; untuk kalimat: kaki siti dua
Tahap kedua, diperkenalkan lafal dan intonasi yang sudah dikenal dan kata baru. Huruf yang diperkenalkan 10 sampai 27 huruf.
Misalnya:
1) Huruf baru: h, r, j, g. dan y 
     Kata baru: hari, raja, jaga, gajah, bayi
2) Huruf baru lainnya: q, z, x, v, kh
     Kata baru: quran, zakat, supra x, vitamin, khairul
3) Materi lainnya berupa puisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat usia siswa.
Misalnya:
kakekku
ini kakekku 
kakek dari ibu 
gigi kakek hanya satu 
kakekku amat lucu

Semester kedua:
Materi pembelajaran Membaca Permulaan berikutnya:
(a) Bacaan lebih kurang 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar).
Misalnya:
itu papa tina 
papa tina makan ubi
papa saya juga makan ubi 
dst.
(b) Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya)
Misalnya:
sita dan tini naik kuda
mereka membeli roti
roti dibeli juga untuk adik 
(c) Huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci, awal kalimat
Misalnya:
Tina, Siti, Badu, Anto
Allah, Tuhan Yang Maha Esa
Agama Islam, Agama Katolik, Agama Kristen,
Agama Hindu
Al Qur’an, Al Kitab, Weda, Taurat, Injil, Tri Pitaka
(d) Penggunaan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat

Kelas II:
Materi untuk kelas II dirutkan sebagai berikut:
Semester pertama:
1. Paragraf (15 sampai 20 baris) dibaca dengan lafal dan intonasi yang tepat dan wajar. 
Bahan untuk itu dapat diambil dan bahan ajar, atau dan majalah anak-anak, misalnya Bobo dengan memilih wacana yang ada kaitannya dengan bidang studi Marematika, IPS, PKn, atau IPA.
2. Kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya).
Bahan untuk ini pun dapat diambil dan bacaan dengan bidang studi IPS, IPA, PKn, atau Matematika, yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Jika hal itu sulit dilakukan, guru dapat membuat sendiri.
3. Huruf besar pada awal kalimat.
Bahan untuk ini juga dapat dibuat oleh guru sendiri, atau diambilkan dari majalah anak-anak atau bacaan yang lain, yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan usia siswa.
4. Bacaan dengan kalimat-kalimat sederhana (menggunakan huruf kapital pada awal kalimat) untuk dipahami isinya.

Semester kedua:
  • Cerita anak-anak (dengan memperhatikan jeda yang ada di dalam bacaan)
  • Percakapan/ dialog tentang suatu kegiatan (menggunakan tanda baca berupa titik (.), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat).
  • Puisi anak-anak (dibaca secara kelompok).
  • Problem Umum yang Dihadapi Anak dalam Membaca Permulaan
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak memahami isi bacaan. Pada tabel 5.2.1 berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi anak dalam belajar membaca. 
No
Kategori
Wujud
1
Pramembaca1) Kurang mengenali huruf

2

Membaca Bersuara
1) Membaca kata demi kata
2) Memfrasekan yang salah
3) Miskin pelafalan (kesalahan pengucapan)
4) Penghilangan
5) Pengulangan
6) Pembalikan
7) Penyisipan
8) Penggantian
9) Menggunakan gerak bibir, menggunakan jari telunjuk

3

Pemecahan kode (decoding)
1) Kesulitan konsonan
2) Kesulitan vokal
3) Kesulitan kluster, diftong, digraf
4) Kesulitan menganalisis struktur kata
5) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat
b. Pembelajaran Membaca Lanjut
Proses membaca sangat komplek dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (3) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (4) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Interaksi antar-aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.

Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi: a) Menikmati keindahan yang terkandang dalam bacaan; b) Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan; c) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; d) Menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; e) Menghubungkan pengetahuan barudg skemat siswa; f) Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan; g) Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum meembuatan membaca; h) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan; i) Mempelajari struktur bacaan; j) Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan. 

Membaca melibatkan karakter khusus dan menggunakan pengenalan kata serta strategi pemahaman. Kosakata adalah salah satu dari beberapa faktor yang paling penting mempengaruhi pemahaman. 
1) Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru menerapkan kegiatan prabaca, kegiatan inti membaca dan kegiatan pascabaca dalam pembelajaran membaca. 
a) Kegiatan Prabaca
Kegiatan prabaca dimaksudkan untuk menggugah perilaku siswa dalam penyelesaian masalah dan motivasi penelaahan materi bacaan. 1) Gambaran awal; 2) Petunjuk untuk melakukan antisipasi; 3) Pemetaan semantik; 4) Menulis sebelum membaca; dan 5) Dramaisimulasi (creative drama)
b) Kegiatan Inti Membaca
Beberapa strategi dan kegiatan dalam membaca dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Strategi yang dimaksud adalah : 1) Strategi metakogniotif; 2) Cloze procedure; 3)  Pertanyaan pemandu
c) Kegiatan Pascabaca: 1) Memperluas kesempatan belajar; 2) Mengajukan pertanyaan; 3) Mengadakan pameran visual; 4) Pementasan teater aktual; 5) Menceritakan kembali; 6) Penerapan hasil membaca
2) Jenis-jenis Membaca 
  • Membaca bersuara: 1)  Membacakan; 2) Membaca teknik; 3) Membaca indah 
  • Membaca dalam hati (membaca pemahaman): 1) Membaca intensif; 2) Membaca kritis; 3) Membaca memindai; 4) Membaca bahasa; 5) Membaca apresiatif; 6) Membaca pustaka; 7) Membaca studi
4. Pembelajaran Menulis 
Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi pramenulis, penulisan, draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan. Seperti halnya perkembangan membaca, perkembangan anak dalam menulis juga terjadi perlahan-lahan. Dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Combs (1996) mengemukakan bahwa perkembangan menullis mengikuti prinsip-prinsip berikut:  1) Prinsip keterulangan (recurring principle); 2) Prinsip generatif (generative principle); 3) Konsep tanda (sign concept); 4) Fleksibilitas (flexibility)

Siswa kelas awal dapat dikategorikan terampil menulis jika siswa telah mampu menuliskan lambang bunyi bahasa dalam tataran huruf, merangkai huruf menjadi suku kata dan kata, merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna dan menyusun kalimat menjadi peragraf sederhana. Tulisan siswa tersebut lengkap/tidak ada huruf yang kurang, terbaca, benar tulisannya (bentuknya, merangkainya), dan sudah mengikuti kaidah EYD bila sudah diajarkan. 

Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam jam pelajaran dan di luar jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis di kelas adalah bermain-main dengan bahasa dan tulisan, kuis, membuat atau mengganti akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam pelajran, guru dapat menggunakan strategi menulis buku harian, menyelenggarakan majalah dinding atau membuat kliping yang semuanya diarahkan agar siswa senang menulis. Latihan menulis di kelas tinggi dapat dipancing dengan: 1) Gambar; 2) Pengalaman; 3) Peribahasa atau puisi dan sebagainya 

Materi pembelajaran membaca menulis meliputi sastra dan non sastra. Pembelajaran membaca menulis sastra meliputi puisi, prosa, dan drama. Adapun pembelajaran membaca menulis non sastra meliputi MMP, pengumuman, undangan, surat, laporan pengamatan, meringkas isi bacaan, dan lain-lain. 

5. Pembelajaran Apresiasi Sastra
a. Membaca Puisi 
Gema Hati Seorang Anak di Hari Sumpah Pemuda
Ma,
Pagi tadi sang saka merah putih berkibar lagi, 
Aku jadi pembaca ikrar Sumpah Pemuda 
Alangkah bangganya 

Ma,
Kaki kecilku melangkah tegap....
Kuulangi lagi Sumpah Pemuda Setia dan bersatu pada negara......
Satu kebanggaan meresap di kalbuku pagi itu, ma
Ketika aku meneriakkan 
Bertanah air satu
Berbangsa satu
Berbahasa satu 
Indonesia.....tercinta     (karya: Connie Adidjaya)
  • Berilah kesempatan membaca dalam hati agar anak dapat menghayati isi bacaan secara garis besarnya.
  • Guru bersama siswa membahas kesukaran bahasa dan makna kata (jika ada) agar anak tidak terganggu dalam memahami puisi tersebut. 
b. Pertanyaan Bacaan
c.  Penilaian 
Hal-hal yang dinilai dari membaca puisi di atas antara lain adalah:
  • Pemahaman terhadap wacana
  • Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, dan lagu kalimat
  • Kuat atau lemah, keras atau lembut: jelas atau tidaknya suara (termasuk volume)
  • Penghayatan dan penjiwaan terhadap wacana yang dibaca
  • Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca 
d. Menulis Puisi
Untuk dapat menulis puisi, siswa dapat mencontoh puisi yang sudah ada, menarasikan pengalamannya, mendeskripsikan sesuatu atau dipancing dengan huruf awal pada setiap lariknya yang mendukung tema tertentu. 
KARTINI 
Kaulah pelita wanita Indonesia 
Alangkah besar jasamu pada pertiwi ini
Ramah, lembut penampilanmu
Tapi semangatmu tak pernah padam 
Indah di hati kami 
Nan kian mewangi 
Itulah yang harus kami warisi
6. Pembelajaran Bahasa Indonesia (Penerapan Pendekatan Pembelajaran 
     Whole Language)
1. Pembelajaran Kompetensi Dasar “Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan” dengan pendekatan Whole Language.

Laporan dapat diartikan segala sesuatu yang dilaporkan (Depdiknas, 2005: 640). Dengan demikian, “laporan pengamatan” bisa berarti laporan yang memuat hasil pengamatan. Begitu pula “laporan kunjungan”, bisa berarti laporan yang memuat hasil kunjungan.
Tujuan laporan pengamatan atau laporan kunjungan dapat beraneka macam, di antaranya adalah:
  • Memberikan keterangan atau penjelasan tentang sesuatu yang diamati atau dikunjungi. 
  • Memberitahukan sesuatu tentang hal yang diamati atau dikunjungi.
  • Memulai kegiatan, cara melaksanakan kegiatan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan, dan merangkum pelaksanaan kegiatan, jika hal-hal yang dilaporkan merupakan suatu kegiatan.
Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan atau Kunjungan dengan Pendekatan Whole Language
  • Guru mengkondisikan siswa kemudian memberikan apersepsi: “Pernahkah kalian melakukan pengamatan terhadap sesuatu?”
  • Guru menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, misalnya: “Anak-anak, pada kesempatan ini kita akan belajar tentang menulis laporan pengamatan, dan seusai pembelajaran ini, kalian hendaknya dapat menulis laporan pengamatan tentang sesuatu. 
  • Guru memotivasi siswa bahwa dengan melakukan pengamatan terhadap sesuatu maka seseorang akan terbiasa menjadi orang yang cermat dan teliti, kemudian siswa diajak menyanyikan lagu “Lihat Kebunku”.
Lihat KebunkuLihat kebunkuPenuh dengan bungaAda yang putih dan ada yang merahSetiap hari ku siram semuaMawar, melati, semuanya indah
  • Guru meminta kepada siswa untuk mencermati syair lagu tersebut, kemudian memberikan beberapa pernyataan, misalnya (1) apa yang dilihat atau diamati; (2) kapan…..; (3) di mana…..; (4) siapa yang……; (5) mengapa disirami?; dan (6) bagaimana keadaan bunga tersebut?
  • Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa. 
  • Guru memberikan contoh laporan hasil pengamatan (tetapi jika di dalam buku teks siswa atau buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah ada contohnya, maka guru tinggal menyuruh siswa untuk membuka contoh yang ada pada buku tersebut). 
  • Secara individu (dalam kelompok) siswa membaca (dalam hati) contoh laporan pengamatan (sustained silent reading)
Contoh: 
Laporan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas
Tema: Budaya Tertib
A. Pendahuluan
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang.Atas berkah dan rahmat-Nya, kami sekelompok dapat melakukan pengamatan tertib berlalu lintas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulastin.Beliaulah yang telah membimbing kami dalam melakukan pengamatan dan pembuatan laporan ini.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Dalam rangka mencari informasi yang berhubungan dengan tertib berlalu lintas, kami melakukan pengamatan di persimpangan Jalan Pemuda Klaten.
Kegiatan ini kami lakukan pada hari Senin, 11 Februari 2008, pukul 06.30–14.00. Di sana terdapat empat lampu lalu lintas. Di dekat tiap-tiap lampu kami tempatkan satu petugas untuk melakukan pengamatan.
Berdasarkan catatan pengamatan dapat kami laporkan perihal berikut.
1. Kepadatan Lalu Lintas
Lalu lintas sangat padat, terutama pada pukul 06.30–07.30. Pada saat itu jalan dipadati
anak-anak sekolah, pekerja, dan pegawai. Selepas pukul 08.00 jalan agak sepi. Kendaraan yang lewat pada umumnya kendaraan umum. Pada pukul 13.00–14.00 lalu lintas kembali padat. Waktu itu saatnya para pelajar dan beberapa pegawai pulang. Namun, kepadatan lalu lintas tersebut tidak sampai menimbulkan kemacetan. Lalu lintas dapat dikatakan lancar.
2. Pelanggaran Lalu Lintas
Selama kami melakukan pengamatan, terdapat beberapa pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran yang cukup banyak adalah terkait dengan helm. Pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm standar ada 13 dan yang tidak memakai helm ada 5. Selain itu, ada 3 pengendara melanggar lampu merah.
3. Peranan Polisi
Peranan polisi masih sangat dibutuhkan untuk menangani berbagai pelanggaran di perempatan itu.
C. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan berikut.
  1. Pada jam berangkat dan pulang sekolah lalu lintas sangat padat. Namun,tidak sampai menyebabkan kemacetan.
  2. Pelanggaran lalu lintas masih sering terjadi.
  3. Untuk menertibkan lalu lintas, peran polisi masih diperlukan.
Berdasarkan hal di atas, kami menyarankan para pengemudi dan pengendara motor untuk mematuhi peraturan lalu lintas. Adapun polisi harus bersikap tegas untuk menekan terjadinya pelanggaran. Itu semua perlu dilakukan demi ketertiban dan keselamatan bersama.
D. Penutup
Demikianlah laporan hasil pengamatan kami terhadap lalu lintas yang ada di perempatan Jalan Pemuda Klaten. Semoga laporan ini bermanfaat bagi siapapun. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.Atas tanggapan yang diberikan, sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

Laporan ini disusun oleh:
1. Agus Endra W.
2. Ocktavia Kartika P.
3. Adhelia Candra K.
4. Putri Intan P.
  • Hasil membaca individu didiskusikan dengan teman kelompoknya untuik menemukan kesamaan pandang tentang isi dan sistematika laporan (shared reading).
  • Hasil diskusi kelompok dipresentasikan dan kelompok lain menanggapi.
  • Guru dan siswa menganalisis contoh laporan pengamatan (secara bersama-sama), baik mengenai isi maupun urut-urutan/sistematika laporan (guided reading)
  • Guru menjelaskan bahwa hal yang diamati harus dilaporkan secara apa adanya (objektif) dari segala sesuatu yang dilihatnya, didengarnya diraba/yang dirasakan oleh kulit kita, yang dibau, yang dikecap (bila ada), dan yang dirasakan oleh perasaan/hati (5 indera + 1 perasaan). 
Adapun langkah-langkah membuat laporan di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan Pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, harus menentukan sesuatu yang akan kamu amati. Sesuatu yang akan diamati disebut objek pengamatan. Sesudah menentukan objek, harus menentukan perihal apa saja yang akan diamati dari objek tersebut. Selanjutnya, dapat dilakukan pengamatan. Bawalah perlengkapan yang diperlukan, misalnya, alat tulis dan kamera jika diperlukan.
2) Membuat Catatan
Pada saat melakukan pengamatan, cobalah mencatat peristiwa atau perihal yang telah ditentukan. Hal yang diamati itu, misalnya, kepadatan lalu lintas di jalan raya dekat sekolahmu. Untuk itu harus mencatat orang dan kendaraan yang lewat.
Perhatikan contoh catatan pengamatan berikut ini!
Catatan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas
a) Tema : budaya tertib.
b) Tujuan : mengetahui kesadaran masyarakat akan tata tertib berlalu lintas.
c) Pelaksanaan
Hari dan tanggal : Senin, 11 Februari 2008.
Waktu : pukul 06.30–14.00.
Tempat : perempatan Jalan Pemuda Klaten  (lampu merah).
d) Kegiatan
  • Mengamati jumlah kendaraan bermotor yang lewat.
  • Mengamati pengendara motor yang melakukan pelanggaran.
e) Hasil yang dicapai
  • Lalu lintas padat pada pagi dan siang hari antara pukul 13.00–14.00.
  • Pelanggaran terbanyak adalah tidak mengenakan helm standar ada 13, tidak memakai helm ada 5, dan melanggar lampu lalu lintas sebanyak 3 pengendara motor.
  • Peranan polisi lalu lintas masih sangat diperlukan meskipun sudah terdapat lampu lalu lintas.
3) Membuat Kerangka Laporan
Sesudah melakukan pengamatan, kegiatan berikutnya adalah membuat kerangka laporan. Kerangka itu akan memudahkanmu dalam membuat laporan yang urut dan teratur. Perhatikan contoh kerangka laporan di bawah ini !

Kerangka Laporan Pengamatan Tertib Berlalu Lintas

A. Pendahuluan
Ucapan terima kasih
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Tempat dan waktu pengamatan
2. Petugas
3. Hasil yang diperoleh
C. Kesimpulan dan Saran
D. Penutup
4) Menulis Laporan
Kegiatan selanjutnya adalah menulis laporan. Kerangka yang sudah dibuat dikembangkan menjadi laporan utuh (guided writing)
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 
  • Guru dan siswa menyimpulkan cara-cara menulis laporan pengamatan.
  • Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis laporan pengamatan secara kelompok (independen writing)
Coba kerjakan bersama kelompokmu!
1) Bagilah kelasmu menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas tiga atau empat 
     siswa!
2) Lakukanlah pengamatan terhadap salah satu objek berikut!
     a) Perpustakaan sekolah.
     b) Kegiatan anak-anak pada saat istirahat.
     c) Tempat parkir sekolah.
     d) Kamar kecil sekolah
3) Buatlah catatan pada saat melakukan pengamatan, kemudian diskusikan dengan 
     kelompokmu!
4) Berdasarkan catatan pengamatan, buatlah kerangka laporan dan konsultasikan kepada 
     guru!
5) Kembangkan kerangka laporan tersebut menjadi laporan yang utuh!
6) Jika sudah selesai, kumpulkan kepada guru untuk dikomentari dan dinilai!
7) Perbaiki laporanmu berdasarkan saran atau komentar guru!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar