Selasa, 10 Desember 2013

Macam Wacana dan Apresiasi Sastra

1. Wacana Narasi, Deskripsi, Eksposisi dan Argumentasi
A. Narasi
Wacana Narasi, Deskripsi, Eksposisi dan Argumentasi. Narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. 

Tujuan menulis narasi secaa fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informai atau memberi wawancaa dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman estesis kepada pembaca. Tujuan pertama menghasilkan jenis narasi informasional atau narasi ekspositoris dan tujuan kedua menghasilkan jenis narasi artistik atau narasi sugestif. 

Sebagai sebuah karangan, narasi dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur (plot), penokohan, latar, titik pandang, pemilihan detail peristiwa. Detail dalam narasi disusun dalam sekuensi (sequence) ruang dan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Jika cerita menyangkut latar tempat, maka pengisahan mengalami pergantian dari suatu tempat ke tempat lain. Jika cerita menyangkut latar waktu, maka pengisahan mengalami pergantian dari waktu ke waktu lain. 

b. Deskripsi
Sebagai salah satu jenis karangan, deskripsi ditulis untuk mendeskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan suatu objek sehingga pembaca memiliki penghayatan seolah-olah menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Objek dalam karangan deskripsi ini dapat berupa manusia dan tempat atau suasana. Dalam membuat karangan deskripsi, penulis dituntut memiliki kesan yang kuat tentang objek yang dideskrisikan karena tugas penulis adalah mengalihkan kesan tentang objek itu ke dalam karangan agar pembaca memiliki penghayatan atau pengalaman sendiri tentang objek yang penulis deskripsikan. 

Agar pembaca memiliki penghayatan yang demikian, penulis harus dapat menyajikan objek sejelas-jelasnya, setepat-tepatnya, dan sehidup mungkin. Untuk itu, penulis dituntut dapat menggunakan diksi yang tepat dan kalimat-kalimat yang dapat menghadirkan objek deskripsi di depan pembaca. Untuk mendeskripsikan sesuatu, dapat dengan cara mendeskripsikan karakteristik hal yang dideskripsikan, dengan cara mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, diraba, dicecap, dibau dan tanggapan perasaan terhadap hal yang dideskripsikan tersebut.

c. Eksposisi 
Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah informasi. Informasi dapat berupa: (a) data faktual, (b) suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta; dan (c) mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tujuan utama karangan eksposisi itu semata-mata untuk membagi informasi, dan tidak sama sekali mempengaruhi pembaca. 

Langkah yang kita tempuh dalam membuat eksposisi ialah sebagai berikut: (1) menentukan topik karangan, (2) menentukan tujuan penulisan, dan (3) merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun baik.

Pengembangan karangan eksposisi sangat bergantung pada dua hal: (1) sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan, dan (2) tujuan yang akan dicapai. Anda beberapa teknik pengembangan eksposisi yang dapat dipilih sesuai dengan topik dan tujuan pembahasannya. Teknik-teknik tersebut adalah: (1) teknik identifikasi, (2) teknik perbandingan, (3) teknik ilustrasi,(4) teknik klasifikasi, (5) teknik definisi, dan (6) teknik analisis. 

Bacaan-bacaan yang termasuk eksposisi di antaranya adalah pengumuman, undangan, petunjuk, berita, dan sebagainya. Strategi untuk mengetahui isi bacaan-bacan tersebut bisa dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan tentang apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana (5W 1 H).

d. Argumentasi 
Karangan argumentasi ialah karangan yang isinya terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasa. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu terdapat alasan (argumen) ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengauhi keyakinan pembaca. Secara sederhana setiap argumen selalu menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan atau asersi (assertion) yang biasanya diurutkan. Asersi pertama merupakan alasan (reason) bagi asersi kedua. 

Karangan argumentasi dikembangkan dengan dua teknik, yaitu: (1) teknik induktif, dan (2) teknik deduktif. Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif dimulai dengan suatu kesimpulan umum yang kemudian disusun uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti yang terdapat dalam argumentasi deduktif ini disebut premis. 

2. Unsur Intrinsik, Struktur dan Ciri-ciri Karya Sastra, Serta Apresiasi Sastra
Unsur intriksik puisi bisa dilihat dari dua segi, yaitu
  • Dari segi isi puisi yang terdiri atas : a) tema; b) rasa; c) nada; dan d) amanat
  • Dari segi struktur yang terdiri atas: a) diksi; b) imajinasi; c) Kata-kata konkrit; d)  Gaya bahasa; e) Ritme/irama; dan f) Rima/kesamaan bunyi
Menyusun parafrasa puisi ke prosa ada dua cara yaitu: (1) parafrasa terikat, dan (2) parafrasa bebas :
a. Langkah-langkah menyusun parafrasa terikat:
  • Memberikan makna larik, caranya dengan memberikan tambahan kata, atau kata-kata, pelengkap kata, maupun tanda baca,yang diletakkan di dalam kurung.
Contoh :
Buku
Bila  malam  tiba 
Kubuka dan kubaca
Kupahami dan kudalami
Semua rahasia buku ini
Kau menyimpan misteri
Dalam kehidupan ini
Kau tiada pernah marah
Bila kami tak menyentuhmu
Darimu aku tahu
Apa artinya ilmu
Yang berguna untuk kami
Tuk bekal kemudian hari
(Rahaidawati, Majalah Bobo)
Buku
(Apa) bila malam (telah) tiba(,)
(A)ku (mem) buka dan (a)ku (mem) baca (buku/nya)
(Untuk) (a) ku pahami dan (a) ku dalami
Semua rahasia (isi) buku ini.
(Ternyata) (eng)kau menyimpan misteri
(Tentang) (hal-hal) (yang) (ada) dalam kehidupan ini(.)
(Eng)kau tiada pernah (me)marah(i) (kami)
(Apa) bila kami tak (bisa) menyentuhmu(.)
Dari (ka)mu aku (menjadi) tahu(,)
Apa (sebenarnya) artinya ilmu(,)
Ynag (ternyata) (sangat) berguna untuk kami
(Un)tuk bekal (kami) (pada) kemudian hari(.)
  • Memberikan makna lugas, caranya dengan mengubah bait menjadi paragraf dan menghilangkan tanda kurung.
Contoh: 
Apabila malam telah tiba, aku membuka dan membaca buku untuk memahami semua rahasia isi buku tersebut. Ternyata engkau menyimpan misteri tentang segala hal yang ada dalam kehidupan ini. Engkau tidak pernah memarahi kami apabila kami tidak bisa menyentuhmu . Dari kamulah aku menjadi tahu, apa sebenarnya artinya ilmu, yang ternyata sangat berguna untuk kami karena untuk bekal kami pada kemudian hari. 
  • Memberikan makna kias, caranya dengan menafsirkan kata yang sekiranya bermakna kias. Contoh: “ Semua  rahasia buku ini “ bisa menjadi semua hal yang terkandung dalam isi buku ini. ”Kau menyimpan misteri” bisa menjadi“ ternyata di dalam buku terkandung berbagai macam hal yang  berkaitan dengan kehidupan   ini. ”Kemudian hari ini” bisa menjadi menempuh kehidupan masa depan.
  • Memberikan makna utuh, caranya dengan memadukan antara makna lugas dan  makna kias di atas menjadi satu kesatuan paragraf yang utuh dan padu.
Contoh :  
Buku Apabila malam telah tiba, aku membuka dan membaca buku-buku pelajaran untuk memahami dan mendalami semua hal yang terkandung dalam isi buku itu. Ternyata betapa lengkapnya isi buku itu karena di dalamnya terkandung berbagai macam hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. Buku yang sebagai sumber ilmu itu tidak pernah marah jika aku suatu saat tidak bisa mempelajarinya. Dari buku itulah aku menjadi tahu tentang artinya ilmu bagi diriku, yang ternyata sangat berguna untukku, karena dapat sebagai bekalku untuk menempuh   kehidupan masa depan.      
b. Langkah-langkah menyusun parafrase bebas
  • Membaca dan memahami secara keseluruhan suatu karya sastra
  • Memahami jenis perubahan yang akan dilakukan, baik bentuknya maupun redaksinya atau penggunaan bahasanya.
  • Mengungkapkan kembali dengan redaksi bahasa dan bentuk yang berbeda tetapi isinya tetap sama.
Contoh: Puisinya sama yakni berjudul “Buku” para frasenya menjadi seperti berikut ini
Buku
Setiap malam tiba, aku selalu membuka buku pelajaran. Kuulangi lagi segala yang pernah diterangkan Bapak/Ibu guru kepadaku. Sampai aku benar-benar memahaminya. Aku tidak ingin ada yang terlewatkan sedikitpun. Semua teori dan latihan harus aku mengerti.

Bagiku buku bagaikan sebuah misteri. Semakin banyak kubaca dan kudalami, semakin banyak pula yang kudapatkan, tentang semua isi kehidupan ini. Ia juga merupakan guru yang baik, setiap saat mendampingiku. Tapi juga tak pernah marah kepada orang yang tidak membacanya.

Berkat jasa buku, aku mengetahui berbagai ilmu. Setiap aku membaca, makin bertambah pengetahuanku. Tidak ada yang sia-sia setiap pemberiannya. Semuanya berguna untuk menempuh masa depanku.

Cerita anak adalah cerita yang akan dikonsumsi oleh anak atau cerita yang diperuntukkan bagi anak-anak. Cerita anak merupakan bagian dari cerita rekaan. Oleh karena itu semua unsur atau ciri cerita yang harus ada pada cerita rekaan berlaku juga bagi cerita anak. Seperti perwatakan dan penokohan, sudut pandang, latar, tema, struktur, suspens (daya bayang), nada dan suara, serta bahasa. Walaupun demikian ada perbedaan yang mencolok antara cerita anak dengan cerita remaja atau cerita orang dewasa. Pada cerita anak sangat diutamakan keterbacaan dalam segi penggunaan bahasa dan kesesuaian dengan lingkungan sosial dan psikis anak. Untuk dapat menulis cerita anak, seorang calon penulis harus memahami kehidupan anak. Objek tentang lingkungan hidup anak inilah yang akan menjadi bahan tulisannya. 

Bentuk karya sastra yang dijadikan bahan ajar di SD hendaknya memenuhi ciri-ciri sastra anak-anak yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Puisi anak-anak memiliki ciri-ciri: bahasanya dapat dipahami anak, pesan yang dikandungnya dapat dimengerti, memiliki irama dan keindahan, isinya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Cerita anak-anak memiliki ciri: latarnya dikenal anak, aluranya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari, petuangan, olahraga, dan keluarga. Drama anak-anak memiliki ciri-ciri yang relatif sama dengan prosa yang berbeda dari segi dialog yang relatif sederhana dengan adegan yang tidak panjang. Sastra anak pantang dari hal-hal kekerasan dan kehidupan yang pelik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar