Sandhangan Wiyanjana. Aksara Jawa lahir dari cerita Ajisaka. Seorang ksatria yang bisa mengalahkan Dewata Cengkar raja Médang Kamulan. Ketika itu Ajisaka dan abdi setianya yaitu Dora lan Sembada sedang mangembara. Ketika sudah sampai pulau Majethi, Dora diberi tugas menjaga pusaka dan diberi amanat : jangan memberikan pusaka tersebut selain Ajisaka yang mengambil. Ajisaka dan Sembada terus melanjutkan perjalanan. Sesudah Ajisaka mengalahkan Dewata Cengkar dan menjadi Raja, Ajisaka mengutus Sembada untuk mengambil pusaka sekalian mengajak Dora ke kerajaan. Namun Dora tidak mau memberikan pusaka kepada Sembada sebab sudah diberi amanat oleh Ajisaka. Akhirnya keduanya bertarung dan mati semua, karena sama-sama sakti.
Salah satu sandhangan dalam Aksara Jawa yaitu Sandhangan wiyanjana. Sandangan wiyanjana merupakan penanda gugus konsonan. Gugus konsonan adalah kumpulan dari dua konsonan dalam Hanacaraka yang akan membentuk suatu suku kata. Sebagai contoh kata "kraton" yang dapat dipisah menjadi kra-ton. Suku kata kra memiliki gugus konsonan kr. Di dalam Hanacaraka ada lima buah gugus konsonan yang digunakan dalam bentuk sandangan. Namun dalam tulisan ini hanya tiga penanda gugus konsonan yang akan dibahas. Sandhangan wiyanjana ada tiga macam yaitu wiyanjana Cakra, wiyanjana keret, dan wiyanjana pengkal.
Salah satu sandhangan dalam Aksara Jawa yaitu Sandhangan wiyanjana. Sandangan wiyanjana merupakan penanda gugus konsonan. Gugus konsonan adalah kumpulan dari dua konsonan dalam Hanacaraka yang akan membentuk suatu suku kata. Sebagai contoh kata "kraton" yang dapat dipisah menjadi kra-ton. Suku kata kra memiliki gugus konsonan kr. Di dalam Hanacaraka ada lima buah gugus konsonan yang digunakan dalam bentuk sandangan. Namun dalam tulisan ini hanya tiga penanda gugus konsonan yang akan dibahas. Sandhangan wiyanjana ada tiga macam yaitu wiyanjana Cakra, wiyanjana keret, dan wiyanjana pengkal.
1. Sandhangan Wiyanjana Cakra
Sandangan cakra merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan "r". Tanda cakra ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberi tanda cakra itu. Aksara yang sudah diberikan cakra dapat diberikan sandangan lagi selain sandangan cakra, cecak, cakra la, cakra wa. Dan apa bila sandangan itu adalah pepet, maka sandangan cakra dan pepet ditulis menjadi cakra keret.
Putra | Krupuk | ||
Srati | Kreta | ||
Krepyak | Tritis |
Contoh : putra, cakra, patra, sigra, mrana, brana, krupuk, mrucut, srutu, grenjeng, kranjang, granggang.
2. Sandhangan Wiyanjana Keret
Sandangan Cakra Keret dipakai untuk melambangkan gugus konsonan yang berunsur akhir konsonan "r" dengan diikuti vokal e pepet. Dengan kata lain cakra keret digunakan sebagai ganti tanda cakra yang mendapatkan penambahan sandangan pepet. Tanda cakra keret ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberikan tanda keret itu.
Kremi | Trenyuh | ||
Sregeb | Kreteg | ||
Kretu | Bregas |
Contoh : bregas, kreteg, kremi, kretu, trenyuh, prenthul, prenjak, grendul, sregeb, trenyuh, krembangan, trebang, trebis.
3. Sandhangan Wiyanjana Pengkal
Sandangan Pengkal dipakai untuk melambangkan konsonan "y" yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata. Tanda pengkal ditulis serangkai di belakang aksara yang diberi tanda pengkal.
Contoh : kyai, ambyah, ambyur, bagya, gebyar, kepyur, kopyah, kopyor, sempyok, gepyok, gobyog, tyas, setya, gebyagan, gapyuk.
Kyai | Gebyar | ||
Bagya | Kopyah | ||
Kepyur | Kopyor |
the :v
BalasHapusBagussss
BalasHapusterimakasih :)
BalasHapusiih kok ga ada aksara jawanya prenjak! kan saya butuhnya itu.. PHP ih..
BalasHapusYa ya
HapusKamu itu apaan
BalasHapus