Gagasan Persatuan dan Kesatuan. Nasionalisme merupakan dasar perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Dengan semangat nasionalisme bangsa Indonesia tidak lagi berjuang secara kedaerahan. Semuanya bersatu padu mengusir penjajah demi mewujudkan cita-cita Indonesia yang merdeka. Oleh karena itu, saat ini kita sebagai bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan. Perbedaan, agama, dan budaya bukanlah penghalang untuk membangun bangsa Indonesia mengisi kemerdekaan. Perbedaan suku, agama, dan budaya merupakan kekayaan bangsa harus dijaga dan dihormati untuk mewujudkan kehidupan yang damai, tenteram dan sejahtera.
Pemufakatan Perhimpuan-Perhimpunan Politik Ke bangsaan Indonesia (PPPKI)
Pemufakatan Perhimpuan-Perhimpunan Politik Ke bangsaan Indonesia (PPPKI)
Pada 17-18 Desember 1927 dicapai kesepakatan dari beberapa kelompok seperti PSI, Budi Utomo, PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan suatu federasi partai politik dengan nama PPPKI. Adapun sebagian alasan yang menjadi latar belakang pendirian organisasi ini adalah banyaknya pemberontakan dan kegagalan dari beberapa kelompok partai untuk mencapai citacitanya, sehingga ada suatu pemikiran seperti Ir. Soekarno untuk mencoba menghimpun seluruh kekuatan nasionalis menjadi satu kesatuan.
PPPKI berkembang dengan begitu pesatnya, sehingga mampu melakukan kegiatan politiknya dalam bentuk kongres-kongres. Kongres PPPKI pertama kali dilakukan di Surabaya pada 2 September 1928. Semua wakil dari partai politik menyatakan harapannya bahwa kongres itu merupakan tahap awal untuk mempersiapkan diri bagi gerakan kebangsaan. Kemudian dalam rapat-rapat berikutnya sering dibahas masalah pendidikan nasional, bank nasional, serta cara-cara untuk mem perkuat kerja sama, sehingga berhasil dibentuknya berbagai komisi. Adapun komisikomisi itu terdiri atas Cokroaminoto (PSI), Ir. Soekarno (PNI), Otto Subrata (Pasundan) dan Husni Thamrin (Kaum Betawi), yang kemudian dipilih ketua majelisnya adalah Sutomo.
Pada akhir tahun 1929 berbagai peristiwa telah mengancam untuk hancurnya PPPKI. Hal itu dimungkinkan karena adanya ketidakcocokan di antara wakil-wakil partai yang mengatasnamakan misinya masing-masing. Seperti paham nasionalis, radikal, modernis, dan paham-paham keislaman ternyata satu sama lain memiliki perbedaan pendapat. Sebagian dari golongan Islam tidak menerima paham kebangsaan, sehingga PSI yang sangat berpengaruh terhadap PPPKI pada tahun 1930 mengudurkan diri karena terdapat penolakan dari kelompok yang lain untuk memasukkan paham-paham Islam. Pada saat yang hampir bersamaan juga terjadi penangkapan Bung Karno yang kemudian
Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda
Pada umumnya perkumpulan-perkumpulan yang bersifat nasionalis ternyata kurang menjangkau organisasi-organisasi yang bersifat kepemudaan. Pada saat munculnya PNI dan PPPKI, hubungan antara berbagai kelompok kepemudaan yang di dalamnya didominasi oleh pelajar dan mahasiswa semakin meningkat dan mereka bergabung dalam suatu wadah dengan nama Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926. Kebanyakan anggota PPPI berasal dari mahasiswa Bandung dan Jakarta. Mereka awalnya sepakat untuk mengenyampingkan perbedaan-perbedaan terutama atas dasar kedaerahan, dan mereka pun sepakat untuk membentuk suatu kesatuan bagi seluruh rakyat sebagai bangsa Indonesia. Sehingga pada 30 April – 2 Mei 1928 di Jakarta telah terselenggara Kongres Pemuda I yang dipimpin oleh Moh. Tabrani sebagai wakil perkumpulan pemuda dari Jawa (Jong Java). Adapun tujuan dilakukannya kongres itu adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Kongres Pemuda tersebut diikuti oleh hampir setiap perkumpulan pemuda di Indonesia
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamieten Bond. Dalam kegiatan kongres tersebut Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond memberikan ceramah tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, namun tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bahasa daerah yang lain seperti Sunda, Batak, Ambon, Aceh, dan sebagainya hanya ada dua bahasa yang berpengaruh yaitu bahasa Melayu dan bahasa Jawa yang dapat mendukung harapan mencapai persatuan dan kesatuan. Kegiatan-kegiatan organisasi kepemudaan terus berkembang dan melakukan Kongres Nasional kembali mulai 27 Oktober 1928, kongres itu bernama Kongres Pemuda II. Organisasi yang menjadi panitia penyelenggarannya adalah PPPI dengan ketua yang pertama yaitu Prof. A. Sigit kemudian digantikan oleh Sugondo Joyopuspito. Adapun selengkapnya panitia penyelenggara kegiatan Kongres Pemuda II yaitu, Sugondo Joyopuspito (wakil dari PPPI) sebagai ketua, Joko Marsaid (wakil Jong Java) sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin (wakil Jong Sumtranen Bond) sebagai sekretaris, Amir Syarifudin (wakil Jong Batak) sebagai bendahara, serta enam orang pembantu berturut-turut Johan Muh. Cai (wakil Jong Islamieten Bond), Kocosungkono (wakil Pemuda Indonesia), Senduk (wakil Jong Celebes), J. Leimena (wakil Jong Ambon) dan Rohyani (wakil Pemuda Kaum Betawi).
Kongres Pemuda II itu menyelenggarakan tiga kali kegiatan rapat. Rapat pertama dilaku kan di Gedung Katholik Jonglingen Bond. Rapat kedua dilakukan di Gedung Oost Java Bioscoop, dan rapat ketiga di Gedung Indonesische Clubhuis. Semua rapat tersebut dihadiri oleh 750 anggota dari setiap perhimpunan pemuda di Indonesia. Kongres Pemuda II ini berhasil mendeklarasikan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang isinya mengandung nilai-nilai perjuangan dan semangat kebangsaan. Cuplikan dari ikrar Sumpah Pemuda tersebut ialah sebagai berikut.
“Kami putra putri Indonesia mengaku, bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Serta pada malam penutupan untuk yang pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman, yang hanya dinyanyikan melalui biola, dengan alasan jika dinyanyikanbersama-sama secara vokal tentu akan dilarang oleh polisi. Sejak saat itulah Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaaan Indonesia.
Dengan lahirnya Sumpah Pemuda dalam tonggak sejarah Indonesia telah memberikan semangat untuk berjuang lebih kuat lagi dalam meraih kehidupan bangsa yang merdeka terlepas dari kekuasaan penjajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar