Rabu, 23 Oktober 2013

Dampak Gejala Atmosferik terhadap Kehidupan

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu yang relatif singkat dan tempat yang relatif sempit, sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang relatif lama. Secara langsung maupun tidak langsung, cuaca dan iklim suatu daerah memberikan pengaruh yang cukup besar pada berbagai aktivitas kehidupan manusia, baik itu pada kegiatan mata pencaharian penduduknya maupun pada kondisi sosial budayanya. Berikut ini beberapa contoh dampak gejala atmosferik terhadap kehidupan:

1. Dampak Gejala Atmosferik terhadap Kekayaan Hayati
Daerah yang memiliki iklim tropis dengan kelembapan tinggi, memiliki kekayaan hayati sangat banyak. Kekayaan hayati yang banyak mendorong munculnya kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan dan mengolah sumber daya tersebut, seperti industri, perdagangan, perhutanan, kerajinan tangan,dan lain-lain.

2. Dampak Gejala Atmosferik terhadap Pertanian
Dalam pelaksanaan kegiatan pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca atau musim. Tiap jenis tanaman memerlukan kondisi cuaca yang berbeda-beda sehingga jenis tanaman yang dibudidayakan di tiap daerah bisa berbeda-beda. Ada tanaman yang memerlukan pengairan banyak saat menanam, ada pula yang tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air pada penanamannya. Oleh karena itu, petani juga harus memiliki kemampuan untuk memperkirakan saat tanam dan saat panen supaya produksi pertaniannya dapat optimal.

Dataran rendah dan daerah pesisir laut merupakan daerah yang pada umumnya memiliki suhu udara panas dan lembab, tetapi sebagian besar memiliki sumber air dan lahan yang mudah diolah untuk pertanian dan perikanan. Jenis tanaman pertanian dan perkebunan di dataran rendah dan di daerah pesisir adalah padi, palawija, kelapa, tebu, kapas, karet dan kelapa sawit. Bidang perikanan yang dikembangkan di daerah dataran rendah dan pesisir adalah budi daya perikanan air payau yang mengolah tambak di sekitar pesisir dan mengolah air laut menjadi garam dapur. Kegiatan ekonomi penduduk pesisir adalah sebagian nelayan yang melaut untuk menangkap ikan.

Dataran tinggi dan daerah pegunungan yang bersuhu udara sejuk dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian bahan pangan dan industri seperti tanaman holtikultura, teh, kina, tembakau, dan pohon pinus. Peternakan yang dikembangkan di daerah ini antara lain peternakan sapi perah, sapi pedaging, dan ayam petelur.

Kondisi gurun secara umum adalah sangat kering dengan keberadaan air tanah yang relatif sedikit. Penduduk yang bermukim di daerah gurun pasir pada umumnya memanfaatkan lahan pertanian di sekitar sumber air (oase ) yang dapat diolah dengan menanam jenis tanaman beriklim kering seperti kapas, kurma, jagung, gandum. Adapun hewan ternak yang dapat dibududayakan di daerah gurun pasir ialah ternak unta, kuda, domba, dan ayam.

3. Dampak Gejala Atmosferik terhadap Nelayan Tradisional
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 di daerah pesisir pantai.Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai. Adanya angin darat dan angin laut memiliki keuntungan sendiri bagi para nelayan, khususnya nelayan tradisional. Nelayan tradisional biasanya masih menggunakan perahu layar, sehingga untuk menggerakan perahunya memanfaatkan gerakan angin.Angin darat biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut. Angin laut ini terjadi pada siang hari. Angin darat bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana. 

4. Dampak Atmosferik terhadap Bidang Komunikasi
Adanya lapisan ionosfer di atmosfer yang dapat memantulkan gelombang radio yang dipancarkan oleh sebuah pemancar, menyebabkan siaran radio dapat diterima di tempattempat yang cukup jauh letaknya. Begitu pula, cuaca yang kurang bagus akan menyebabkan terganggunya siaran televisi, radio, telepon, atau peralatan lainnya yang menggunakan satelit.

5. Dampak Gejala Atmosferik terhadap Persebaran Penduduk 
Iklim mempunyai pengaruh juga terhadap penyebaran penduduknya. Biasanya aglomerasi penduduk terjadi di daerah dengan kondisi iklim yang mendukung kehidupannya. Daerah gurun memiliki penduduk yang sangat jarang karena persediaan airnya sangat kurang.

6. Dampak Gejala Atmosferik terhadap Budaya
Pengaruh iklim terhadap budaya dapat kita lihat antara lain pada bentuk rumah dan
pakaiannya. Di daerah pedalaman dengan iklim tropis basah misalnya, penduduknya memanfaatkan apa yang tersedia di hutan untuk bahan bangunannya, seperti atap rumbia atau daun palma. Selain itu, rumah tersebut biasanya didirikan di atas tiang supaya terhindar dari banjir, aman dari serangan binatang buas, serta tidak terlalu panas. Iklim juga mempengaruhi cara berpakaian penduduknya. Orang Eskimo yang tinggal di daerah kutub menggunakan pakaian yang tebal karena iklimnya yang sangat dingin.

Daerah bersalju seperti di Pegunungan Himalaya, Pulau Tanah Hijau, Alaska bagian utara, dan Eslandia suhu udaranya sangat rendah, yaitu rata – rata kurang dari 0°C. Di daerah bersalju ini masih terdapat kehidupan flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan untuk tempat tinggal penduduk dengan segala aktivitas ekonomi dan sosial budaya. Penduduk di daerah bersalju, dalam mempertahankan hidupnya, menyesuaikan diri dengan cara menggunakan pakaian tebal dan mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar