Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten. Setiap daerah dimana Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya di Sumatera, di daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun dengan meberikan warna Islam. Berikut ini beberapa tradisi Islam yang ada di Indonesia.
1. Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat dan berdoa.
Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan dan sesaji. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.
3. Sekaten, Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awwal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.
Grebeg Mulud |
5. Takbiran, Takbir adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idhul Fitri dan Idhul Adha. Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan mengucapkan takbir bersama-sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung (takbir keliling).
6. Muludan, Muludan adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan mengadakan Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang Salib. Peringatan maulid Nabi sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari Presiden sampai rakyat di desa. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan riwayat Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti perlombaan.
6. Tabut/Tabuik, Dilaksanakan pada hari Asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbela. Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir pantai kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah terlaksananya acara lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan makanan.
Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun di daerahh Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu.
7. Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah, Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al Quran (Kitabullah). Adat Minangkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat basandi syara, syara basandi Kitabullah (Adat bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Allah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar