Selasa, 11 September 2012

Daftar Nama Istana Peninggalan Islam

Daftar Nama Istana Peninggalan Islam. Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini
peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja. Berikut ini beberapa Istana Peninggalan Islam yang ada di Indonesia.

1. Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara sejak abad XIII hingga abad XVII. Di masa keemasannya, yakni pada abad XVI, kekuasaan kesultanan membentang mulai dari seluruh wilayah di Maluku, Sulawesi Utara, kepulauan-kepulauan di Filipina selatan, hingga kepulauan Marshall di pasifik.  

Benda-benda cagar budaya yang memperlihatkan bukti kejayaan Kesultanan Ternate, terdiri dari berbagai monumen baik artefak mau pun bangunan yang tersebar di seluruh bagian Pulau Ternate. Peninggalan-peninggalan itu antara lain istana (kedaton) yang didirikan oleh Sultan Mohammad Ali tahun 1823, runtuhan Mesjid Raya yang didirikan oleh Sultan Mohammad Zain abad XVII M. Selain itu terdapat pula perbentengan yang mengelilingi istana kompleks makam dan berbagai benda keraton yang kini dihimpun dalam istana, yang telah dialihkan fungsinya sebagai keraton.

2. Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat. Tidore mencapai masa kejayaan di era Sultan Nuku tersebut, sistem pemerintahan di Tidore telah ditata dengan baik.

3. Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan. Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja


4. Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
Keraton Kanoman adalah pusat peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati juga meninggalkan jejaknya yang hingga kini masih berdiri tegak, jejak itu bernama Kraton Kanoman. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara. 



5. Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

6. Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten
Istana Surosowan dibangun pada tahun 1526 dibawah pimpinan Maulana Hasanuddin dan Pangeran Fatahillah setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Pajajaran dan merebut ibukota mereka, Banten Girang. Putra Maulana Hasanuddin, Sultan Maulana Yusuf, memperkuat benteng tersebut dengan batu karang dan batu merah. Disekeliling benteng dibangun parit-parit yang konon dulunya bisa dilayari perahu-perahu kecil hingga sampai ke laut Jawa. Istana berbentuk segiempat seluas 3 hektar itu nyaris rata dengan tanah, sulit sekali membayangkan seperti apa bentuk Istana Surosowan tersebut berdiri sebelum akhirnya dihancurkan oleh Pemerintah Belanda dibawah pimpinan Daendels pada bulan November 1808.

7. Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa
Balla Lompoa yang berarti rumah besar adalah istana Raja Gowa yang berbentuk rumah panggung khas Gowa. Letak istana ini adalah di Kota Sungguminasa di kabupaten Gowa. Balla Lompoa dibangun pada tahun 1936 dengan menggunakan kayu besi sebagai bahan bangunannya. Di atap rumah terdapat kepala kerbau yang menjadi penanda derajat kebangsawanan si pemilik rumah.  Rumah raja ini sekarang berfungsi menjadi museum yang menampilkan benda-benda pusaka Kerajaan Gowa. Di sana anda  dapat melihat singgasana raja, mahkota, senjata, payung, pakaian, bendera, naskah lontar, dan masih banyak lagi. Selain itu terdapat pula berbagai macam perhiasan peninggalan Kerajaan yang terbuat dari emas murni dan dihias dengan batuan berharga. Ada pula kitab Al Quran yang ditulis tangan yang diperkirakan berasal dari tahub 1848.  

8. Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
Keraton Yogyakarta merupakan salah satu istana kerajaan yang masih berfungsi sepenuhnya di antara sekian banyak kerajaan di Indonesia. Sebagai provinsi yang memiliki keistimewaan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Keraton Yogyakarta. Secara Umum Keraton Yogyakarta adalah bagian dari mata Rantai kesinambungan pembangunan keraton-keraton di Jawa sehingga terdapat satu keterkaitan tipologi yang mengaitkan Keraton Yogyakarta dengan tata fisik keraton khas Jawa sebelumnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar