Istilah globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh Theodore Levitt pada tahun 1985 yang mengamati adanya poerubahan yang cepat dalam ekonomi, keuangan terutama yang berkaitan dengan sektor produksi, konsumsi, dan investasi yang menuju bangunnya liberalisme dalam ekonomi dan keuangan yang diikuti dengan penyusuaian yang dikenal dengan deregulasi. Kemajuan di bidang teknologi produksi ,dan inovasi yang pesat terutama dalam bidang komunikasi dan transportasi mempengaruhi negara-negara maju untuk memperkenalkan sistem ekonomi mereka kenegara ketiga atau berkembang . Peran negara dalam ekonomi meluntur, sebaliknya privatisasi dalam banyak bidang lebih banyak terjadi.
Globalisasi adalah fenomena yang irreversible, suatu fenomena yang tak mungkin dibalik arahnya. Globalisasi membawa manfaat, tetapi globalisasi juga membawa kemudharatan jika kita tidak siap menghadapinya. Globalisasi menyingkirkan isolasi, membuka peluang untuk terjadinya pertukaran gagasan, teknologi dan sumber daya.
Pemberdayaan oleh suatu negara hanya dapat terjadi dengan baik jika sistem desentralisasi , termasuk desentralisasi dalam pendidikan dituangkan dalam praktik. Desentralisasi yang sehat jika diberikan muatan makna interdespensasi ,yaitu saling tergantung dan saling isi mengisi karena keyakinan setiap orang, setiap pihak masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Sebaliknya desentralisasi menjadi sakit jika diberikan muatan makna independensi atau kebebasan unuk membuat keputusan dan mengambil tindakan tanpa dicampuri atau memperhatikan kepentingan pihak lain, seolah-olah segala-galanya dapat diselesaikan sendiri .
Makna dan Dinamika Desentralisasi
Dalam konsep globalisasi, desentralisasi merupakan suatu konsekuensi. Gobalisasi mengakibatkan peran pemerintahan sentral beralih, bahkan cenderung berkurang. Sebaliknya peran individu untuk bersaing dan bekerja sama menjadi sangat tinggi baik dalam pandangan pergaulan bilateral, regional, dan internasional. Daya tahan suatu bangsa secara politis, ekonomi, keuangan, pendidikan dan kebudayaan tidak dapat lagi sepenuhnya mengandalkan pemerintah, justru Pemerintah pusat bukan lagi satu-satunya aktor yang mampu mengurus seluruh kehidupan rakyat.
Globalisasi desentralisasi sangat cocok dalam konteks masyarakat dan negara yang beragam multikultural, globalisasi dan desentralisasi memancang keberagaman dan perbedaan sebagai potensi dan kekuasaan yang luar biasa. Kekuatan yang bukan hanya diperlukan untuk mencapai tujuan bersama, tentu juga diperlukan untuk mewujudkan tujuan khusus bagi individu dua kelompok.. Merangkul bukan mengisolasi, "to engage not to isolate" inklusif, bukan ekslusif, merupakan moto yang sangat jelas dalam era globalisasi. Globalisasi dan desentralisasi, juga membantu dalam merealisasikan tujuan nasional seperti kehendak untuk membangun Negara yang damai, stabil dengan ekonomi yang berkembang dan masyarakat yang berkemakmuran, lapangan kerja yang mencukupi dan mampu mengangkat rakyatnya dari kemiskinan. Bukankah, seperti apapun perbedaan dalam sistim politik, sosial, dan budaya. Semua warga dan Pemerintah menginginkan agar tujuan nasional seperti dicantumkan di atas tercapai.
Implikasi Globalisasi dan Desentralisasi terhadap Pendidikan
Pembaharuan pendidikan tidak berlangsung tiba-tiba dan bahkan memerlukan masa
ratusan bahkan ribuan tahun untuk sampai pada pembaharuan pendidikan yang kita saksikan saat ini. Bermula dari hanya untuk melayani tuntutan segelintir orang dari lapisan masyarakat yang tertentu pula (individual), sampai melayani segenap warga pengguni planet bumi(global).
ratusan bahkan ribuan tahun untuk sampai pada pembaharuan pendidikan yang kita saksikan saat ini. Bermula dari hanya untuk melayani tuntutan segelintir orang dari lapisan masyarakat yang tertentu pula (individual), sampai melayani segenap warga pengguni planet bumi(global).
Pendidikan dengan tujuan yang berfokus pada kepentingan nasionalpun ,dalam melenium ini, juga dinilai tidak memadai . Pendidikan dalam era global harus berisikan isu yang merupakan agenda global pendidikan.Isu itu terutama yang menyangkut hak asasi manusia, lingkungan, hak dan perlindungan anak,hak kaum wanita, kesehatan, kemakmuran,perdamaian, toleransi, harmoni, keberagaman.
Globalisasi menuntut para pendidik dan semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta secara aktif. Itu pula pendidikan milenium ini dan yang akan datang disebut juga community based education. Keyakinan yang menggarisbawahi pendidikan globalisasi adalah mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk membangun knowledge society, yaitu masyarakat yang berbasis IPTEK, yang yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih penting dari pada sumber alam walau semelimpah apa pun juga.
Pendidikan hanya akan mecapai hasil yang layak untuk kepentingan bangsa jika bangsa dan pemerintah di negara itu sadar betul bahwa pendidikan adalah investasi yang utama,yang keutamaannya melebihi bidang lainnya. Oleh karena itu, tataran politik, ekonomi, keuangan , sosial dan budaya haruslah secara sinergi mendukung pembaruan pendidikan.
Desentralisasi pendidikan yang kuat dan sehat akan memperkuat pula sistem pendidikan nasional. Akhirnya desentralisasi pendidikan dalam arti praktis yang sesungguhnya haruslah terjadi di sekolah , di kelas , dan terutama di dalam proses pembelajaran .
Pembaharuan Pendidikan Tingkat Makro
Pembaharuan pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali, sedikitnya enam sampai tujuh kali pembaharuan. Pembaharuan pendidikan lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperbaharui 'mobil' (kurikulum, bahan ajar, sistim evaluasi, perbaikan dan pengadaan gedung dan alat). Kemudian melatih 'pengemudi'nya (tenaga pendidikan dan staf administrasi). 'Penumpang' di dalamnya (murid, orangtua, dan pemakai lulusan). Tidak banyak disentuh dalam praktik kependidikan. Jalan raya dan lingkungan sepanjang jalan (lingkungan, dukungan semua pihak termasuk dukungan politik terhadap pendidikan) yang dilewati mobil yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik.
Ada pepatah menyatakan : "more often, the journey is more important then the destination" yang bermakna, dalam banyak hal, pengalaman selama di jalan lebih penting daripada tempat tujuan. Terkait dengan tujuan (tujuan pendidikan, tujuan sekolah, tujuan kelas dan pembelajaran) masih banyak supir yang tidak tahu kemana mobil dan penumpangnya akan dibawa. Lebih parah lagi, penumpangnya sendiri belum terbiasa untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka, karena berpuluh-puluh tahun mereka terbiasa mengatakan "terserah yang membuat mobil dan pak sopir saja". Para penumpang ini tidak dikondisikan untuk menyampaikan dan menjelaskan tujuan mereka dengan terbuka, maka jika :
- Kurikulum (mobil) kita tidak layak;
- Guru (sopir) kurang berkualitas;
- Murid, orang tua, pemakain lulusan (penumpang) belum berperan aktif.
- Dukungan masyarakat, pemerintah (jalan raya dan alam sekitarnya) minim dan
- Visi, filosofi dan tujuan pendidikan (tempat tujuan) belum terumuskan dan disepakati oleh semua pihak, dapatkah anda membayangkan apa yang bakal terjadi dengan SDM Indonesia.
Pembaharuan Pendidikan Tingkat Mikro
a. Prinsip yang menggaris bawahi pembaharuan pembelajaran
Peran kita sebagai guru di lukiskan sebagai pemimpin, membimbing, mendorong, membantu, memelihara, dan mendukung. Kalau peran-peran itu kita laksanakan maka kita layak untuk disebut sebagai pembaharu dalam pembelajaran dan semakin maklum betapa mulianya tugas seorang pendidik.
Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu dari bentuk "power relationshif" kebentuk "Shaud relationship" yaitu dari posisi mengontrol keposisi kerja sama. Isu yang kiritikal dalam pendidikan bukan bagai mana aja guru mampu mengontrol belajarnya, tetapi bagaimana saja anak didik kita terlibat langsung dalam pembelajaran dan termasuk prinsip penting sebagai landasan menuju pembaharuan pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa anak didik hanya tertarik untuk ilmu aktif dalam pembelajaran jika pengajaran kita relevan. Pengajaran yang kita sampaikan hanya ada relevan jika dibingbingkan dengan konteks social dimana kita hidup yang berarti "globalisasi" hidup Dallam era globalisasi menuntut semua ummat manusia mampu merespon dan proses yang sedang terjadi, yakni "rapid pervasive change" increasing interconnectedness" (meningkatnya saling keterkaitan antara actor-aktor globalisasi dan isu yang menjadi perkataan mereka).
Berikut ini beberapa kiat bagaimana kita bersikap dan bertindak agar anak didik kita terlibat aktif secara konstruktif dalam proses pembelajaran,dengan kata lain bagaimana agar terjadi "effective instruction" atau pengajaran yan efektif (Townsend and Oteno,1999)
- Pembelajaran terjadi pada puncaknya jika ekspektasi tau kalaupun dipusatkan pada keberhasilan (lihat juga A. Djalil:1984)
- Rasa takut bukanlah pemicu belajar yang efektif
- Perubahan harus diyakini sebagai sesuatu yang selalu mungkin dicapai
- Kontrol hanyalah suatu ilusi
- Saling tergantung atau "interdepensi" merupakan kunci menuju sukses
Collin Roger (2002) mengungkapkan, selama sekutu 30 tahun, psikologi sosial pendidikan tak henti-hentinya menempatkan "teacher expectation" (harapan guru) sebagai pemegang peran yang sentral. Peran peneliti yang memusatkan permasalahan penelitian mereka pada isu sekolah yang efektif dan berkembang" mengamati "ekpektasi" sebagai kuas pendidikan dan pengajaran yangb efektif umumnya mereka berkesimpulan adanya hubungan yang kuat (powerful relationship) antara harapan yang tinggi dengan belajar yang efektif.
Roger mengungkapkan "harapan yang tinggi" antara lain ditandai oleh adanya ketentuan minimal mengenai "grade" atau nilai yang harus dicapai anak didik dan jumlah dari kehadiran murid di kelas guru dan sekolah yang menetapkan criteria harapan yang tinggi bagi kinerja murid, biasanya akan membuat perencanaan strategi aturan dan tindakan yang efektif untuk memenuhi harapan tersebut
b. Gambaran sekolah pada masa mendatang
Dengan mengkaji secara seksama profit sekolah dimasa depan, maka kita dapat membayangkan bagaimana pembaharuan pembelajaran sebagainya dilakukan bagaimana kita memposisi peran serta sebagai pendidik agar tidak menjadi obseht atau uasang, jika obsoht maka akan ditinggalkan oleh perubahan.
Menurut Townsend and Oten (1999) Pembaharuan pendidkan dan pengajaran hendajknya didudukan diatas empat pilar:
- Pendidikan untuk kelangsungan hidup
- Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita didunia
- Pemahaman tentang hakikat masyrakat bagaimana dan lainnya saling terkait dan
- Pemahaman terhadap tanggaung jawab diri memahami bahwa setiap anggota masyarakat dunia membawa tanggung jawab dan hak-haknya masing-masing
1. Pendidikan untuk kelangsungan hidup terdiri atas :
- Literari dan numeran
- Kemampuan teknologi
- Kemampuan komunikasi
- Kemampuan dalam menyusun dan mengembangkan rencana
- Keterampilan berfikir kritis
- Penyesuaian atas adat istiadat
2. Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita didunia terdiri atas
- Tukar menukar gagasan
- Pengalaman kerja dan sikap wira swasta
- Kesadaran dan apresiasi terhadap budaya
- Pengembangan social ansosial dan fisikal
- Kemampuan berkreasi
- Berwawasan luas dan berpandangan terbuka
- Kesadaran bahwa adalah hak seeorang untuk menentukan pilihannya
3. Pemahaman tentang hakikat masyarakat terdiri dari :
- Kemampuan untuk bekerja sama dalam suatu tim
- Bagian kewarga negaraan
- Pengabdian masyarakat
- Pendidikan masyarakat
- Kesadaran global
- Pengembangan asset anak didik misalnya kemampuan, kecerdasan, hoby yang dimasuki murid
4. Pemahaman terhadap tanggung jawab diri terdiri atas :
- Konsisten terhadap pengembangan diri melalui proses belajar seumur hidup
- Pengembangan sitim nilai diri
- Kemampuan kepemimpinan
- Komitmen terhadap pengembangan masyrakat dan perkembangan global
- Komitmen terhadap kesehatan diri dan kesehatan masyarakat.
- Membaca sederetan daftar panjang di atas, betapa pentingnnya pendidikan dengan basis-basis luar. Luar singkat,jika dikaitka dengan pembaharuan pembelajaran maka proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang harus di antaranya :
- Mengembangkan "collaborative communities " atau pembelajaran berbasisi pada tingkat lokaal dan global
- Menerima dan menerapakan konsep belajar seumur hidup
- Mengembangkan "learning communities "bukan "communities of lerning" ( Masyarakat yang gemar bekerja,bukan sekedar sekedar kesimpulan para pembelajar)
- Mengembangkan keterampilan proses lebih tinggi dan pada sekedar penguasaan ilmu yang spesifik leih menekankan keterampilan pada jenjang yang lebih tinggi dalam pula sekedar penguasaan tektual
c. Riset tentang pembelajaran yang efektif
Pembaharuan pembelajaran selain dilandsi oleh prinsip yang filosofis. T namun juga dilandasi oleh temuan-temuan empiris yaitu riset yang merisekkan belajarnya. Pada sekolah scheren (1990 dalam townseend and otero ) Mengidentifkasi empat kategori bisa riset persekolahan :
- Yang mengkaji "oktiomos" pendidikan
- Yang mengkaji pungsi produksi pendidikan
- Yang mengkaji sekolah yang efektif
- Yang mengkaji intruksional yang efektif
Kategori pertama biasanya mengkaji hubungan antara latar belakang social ekonomi murid dapat hasil bealajar salah satu yang terbaik adalah: laporan yang disampaikan oleh Coleman dkk (1966) menyimpulkan pengaruh yang paling dominant terhadap prestasi akademik murid adalah latar belakang status ekonomi siswa
Kategori kedua mengkaji hubungan antara rapat (sarana prasarana, alam dan perlengkapan, dll) dengan hasil belajar yang kurang berguna intuk pembaharuan pembelajaran prestasi murid akan kasih suatu signifikan jika sedang sekolah bertambah bosan dengan pengalaman bertambah luas, perpustakaanya lengkap, lemari bukunya bagus bahkan gaji guru akan naik lima kali lipat.
Kategori ketiga ditujukan untuk membuka atau "black box" (lihat juga Delamont, 1976; A. Djalil, 2003) apa yang terjadi di sekolah dan di kelas) jika ada sebuah pesawat terbang yang jatuh,maka yang paling dicari adalah "black boxnya" karena disitulah terekam informasi yang dapat di pakai untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh.Begitu pula halnya dengan pendidikan. Dikelaslah banyak terekam informasi mengenai mengapa mutu pendidikan dan pengajaran kita jadi terjerembab, kelas adalah ibarat sebuah black box bagi sebuah pesawat terbang.
Kategori keempat bahkan lebih dalam lagi memasuki kotak hitam kelas. Karena memecahkan perkaranya untuk menemukan cara-cara mengajar (Instructional strategies) yang berpengaruh positip dan signifikan terhadap hasil belajar dan pembelajaran akan banyak memtik mamfaat dari riset kategori empat ini.
Hasil kajian Schaenans (1990-1991) antara lain mengungkapkan bahwa budaya sekolah,organisasi sekolah, dan aplikasi teknologi kependidikan efektif untuk menungkatkan hasil belajar murid sekolah yang menjungjung tinggi disiplin waktu, menaruh respek tyerhadap murid yang berprestasi bukan karena ia diantar jemput dengan mobil yang mewah, atau karena menaruh kuat dalam memberikan kado bagi guru, menjadikan sekolah dan kelasnya tertata rapih dan sekaligus menjadi sumber belajar, maka budaya sekolah seperti akan cenderung mendorong prestasi belajar murid.
Scheren juga mengungkapkan: pengajaran yang struktur jumlah jam belajar efektif yang tinggi (lihat juga A. Djalil 1989), peluang belajar yang yang besar dorongan untuk berhasil yang kuat, harapan atau target yang tinggi dan ketertiban orang tua secara aktif dalam program sekolah merupakan karakteristik sekolah dan kelas yang efektif.
Cremens (1992) Mengingatkan semua pihaknyang berkepentingan dengan sekolah agar mengeluarkan segala sumber daya untuk mendukung terlaksananya proses pengajaran sebagai kunci untuk meningkatkan hasil belajar murid. Sumber daya yang dimaksud ialah 3 m (man, money, material) sebagaimana selama ini kita ketahui pengertian sumber daya dalam dalam cakupan yang lebih luas terdiri dari (Caldwell dan Spink, 1998)
- Knowledge (pengetahuan-kurikulum, tujuan sekolah dan pengajaran)
- Teachnology (media, teknik, dan akal pembelajaran)
- Power (kekerasan dan wewenang)
- Material (fasilitas, supplier, peralatan)
- People (tenaga kependidikan, administrasi, dan staf pendukung lainnya)
- Time (waktu pertahun, perminggu, perhari, perjam pelajaran)
- Finance (alokasi dana)
d. Sekolah yang efektif dan berkembang
B.J. Caldwell S.J.M. Spinks (1988) sebagai ciri sekolah yang efektif dan berkembang perlu dicatat, ciri-ciri yang disampaikan oleh Caldwell dan Spinks itu tidak otomatis sama dengan ciri-ciri yang terkandung dalam pembaharuan pembelajaran. Apa yang disampaikan oleh mereka berdua dapat kita pakai sebagai konsep dan ciri yang menggarisbawahi perubahan pembelajaran
1. Kurikulum
- Sekolah menentukan dengan jelas tujuan pendidikan yang akan dicapai
- Sekolah mempunyai rencana yang baik, sampai dengan program yang berimbang dan terorganisir yang dijujukan untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh anak didik
- Sekolah mempunyai program yang dimaksudkan untuk memeriksa keterampilan pada anak didik. Adanya keterlibatan orang tua yang tinggi dalam kegiatan belajar siswa
2. Pengambilan keputusan
- Adanya keterlibatan yang tinggi dikalagan staf dalam mengembangkan tujuan sekolah
- Guru-guru dilibatkan dalam pengambilan keputusan
- Adanya keterlibatan yang tinggi dari masyarakat dalam pengambilan keputusan
3. Sumber
- Adanya sumber yang memadai disekolah sehingga memungkinkan staf untuk mengajar dengan efektif
- Sekolah mempunyai guru yang kapabel dan bermotivasi tinggi
4. Kepemimpinan
- Tingkat drop out rendah
- Nilai tes menunjukan (angka penyerapan yang tinggi)
- Tingkat melanjutkan sekolah tingggi dan daya serap lapangan kerja tinggi
5. Kepemimpinan
Adanya kepala sekolah yang :
- Mau berbagi tanggung jawab dan mengolah sumber daya dengan efisien
- Yang menjamin bahwa sumber daya teralokasikan sesuai dengan konsisten dengan kepentingan pendidikan
- Responsif dan subporsif terhadap kepentingan guru
- Pendiri organisasi pengembangan propesional
- Mendorong keterampilan staf dalam program pengembangan propesional dan menjadikan pengajaran ini sebagai peluang bagi guru untuk menguasai keterampilan yang mereka perlukan
- Menaruh perhatian yang tinggi mengenai apa yang sedang terjadi disekolah
- Membangun relasi yang efektif dengan Depdiknas atau dinas pendidikan, masyarakat, guru dan siswa.
- Mempunyai gaya administrasi yang luwes
- Bersedia menanggung resiko
- Memberikan umpan balik yang bermutu padd guru
- Menjamin adanya kaji ulang yang kontinyu tergarap pengajaran sekolah dan melakukan evaluasi kemajuan program kearah pencapaian tujuan sekolah
6. Iklim
- Sekolah mempunyai seperangkat nilai etika moralitas dan etos kerja yang dianggap penting
- Kepala sekolah guru dan murid menuynjukan keapada luar dan loyalitas terhadap tujuan sekolah
- Sekolah menjanjikan lingkungan dan suasana yang menyenangkan, menggerakan, dan menantang bagi guru yaitu murid
- Adanya iklim saling menghargai dan saling mempercayai sesama dan didampak guru dan murid.
- Adanya iklim saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka di sekolah
- Adanya ekpektasi terhadap semua murid bahwa mereka akan belajar sebaik-baiknya, adanya komitmen yang kuat untuk belajar sungguh-sungguh
- Kepala sekolah guru dan murid mempuyai semangat yang tinggi untuk memcapai prestasi belajar yang tinggi
- Adanya metode (semangat juang) yang tinggi dikalangan murid
- Para murid saling mananam respek terhadap sesamanya dan terhadap barang-barang milik mereka.
- Adanya kesempatan bagi murid untuk mengambil tanggung jawab di sekolah
- Adanya disiplin yang baik di sekolah
- Jarang sekali ada kejadian yang menuntut staf administrasi senior untuk turun tangan menertibkan pelanggran disiplin yang dilakukan oleh murid
- Adanya tingkat kemungkinan yang rendah dikalangan murid
- Adanya tingkat mengulang kelas yang rendah
- Adanya tingkat kenakalan anak yang rendah
- Adanya metode (semangat juang) yang tinggi dikalangan guru
- Adanya tingkat persenta dan semangat yang tinggi dikalangan guru
- Adanya tingkat kemungkiran yang rendah dikalangan guru
- Sedikit sekali permohonan untuk pindah guru kesekolah lain.
e. Ciri ciri pembelajaran yang disamakan
- Sebagai tambahan ciri-ciri di atas berikut ini saya sajikan pesan sekolah dan guru yang terkait dengan murid
- Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang berpengaruh didalam mengembangkan hidup murid
- Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang penting guru berpartisipasi dalam proses politik
- Mengembangkan sikap cinta belajar dan mengembangkan didalam setiap kegiatan yang terjadi sepanjang hidup
- Mengembangkan bakat kreatif siswa penuh dalam berbagai bidang kesenian
Khusus yang terkait dengan pengalaman belajar,sekolah guru serta pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dituntut bekerja sama dalam hal :
- Menjamin agar semua siswa mengalami dalam penggunaan dan pemahaman dan kegiatan lainnya yang terkait.
- Menjamin bahwa pembelajaran dapat mungkin berlangsung melaui pengalaman langsung
- Menyediakan peluang bagi semua murid mengembangkan kemampuan mereka
- Memberikan penyaluran bagi murid yang mempunyai hambatan husus agar mampu mengatasi hambatan yang mereka punya.
Khusus yang terkait dengan manajemen sekolah, kepala sekolah dan guru di sarankan untuk :
- Meyediakan berbagai peluang bagi orang tua murid untuk melibatkan mereka dalam kegiatan sekolah
- Mengembangkan system pengajaran sesuai dengan umur murid sebgai pengakuan atas prestasi yang mereka capai
- Mengelola sekolah dengan cara-cara yang merefleksikan keberlangsungan keterlaksanaan hasil belajar
- Menciptakan cara belajar pemberian informasi kepada orang tua mengenai hal-hal yang terkait dengan sekolah dan kemajuan murid dapat berlangsung secara teratur
Kriteria sekolah dan pembelajaran yang efektif sebagaimana dipaparkan di atas nyata-nyata merefleksikan suatu keyakinan yang fundamental betapa pentingnya pendidikan yang berbasis luas. (sumber : http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pgsd4411)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar