Perkembangan Emosi Pada Anak. Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Beberapa pengertian emosi dari para ahli, antara lain.
- Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain.
- Menurut Goleman Bahasa “emosi” merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
- Menurut Syamsuddin Mengemukakan“emosi”merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa yang meyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
1. Fungsi Emosi
1. Fungsi Emosi
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
- Merupakan bentuk komunikasi.
- Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
- Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
- Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
- Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak.
2. Jenis Emosi
Menurut Stewart mengutarakan perasaan senang, marah, takut dan sedih sebagai basic emotions.
- Senang (gembira) Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum(tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitas pada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
- Marah Emosi, marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat, frustasi karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai.
- Takut Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya.
- Sedih. Dalam kehidupan sehari–hari anak akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lainnya..
3. Ciri Utama Reaksi Emosi Pada Anak
- Reaksi emosi anak sangat kuat Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih dan milih kadar keterlibatan emosionalnya.
- Reaksi emosi sering kali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang di inginkannya. Bagi anak usia 4-5 tahun dalam hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya maka mereka akan belajar untuk mengontrol diri dan memperlibatkan reaksi emosi dengan cara yang dapat di terima lingkungan.
- Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain
- Reaksi emosi bersifat individual.
- Keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.
4. Bentuk Reaksi Emosi
Pada Anak- Bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan cara untuk mengekspresikan. Adapun beberapa bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak -kanak yang di kemukakan oleh Hurlock adalah :
- Amarah. Marah sering terjadi sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa terancam. Menurut Hurlock reaksi marah pada umumnya biasa di bedakan menjadi 2 kategori besar yaitu : a. Marah yang implusif ( agresi ); b. Marah yang terhambat ( dikendalikan / ditahan )
- Takut. Reaksi takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik yaitu : mata membelalak, menangis, sembunyi, atau memegang orang, diam tidak bergerak. Menurut Hurlock berkenaan dengan rasa takut ia mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu shyness atau rasa malu , embarrassment. a. Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orang yang di anggap asing.; b. Embarrasment ( merasa sulit, tidak mampu, atau malu melakukan sesuatu ) merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.
- Khawatir. Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendirid. Anciety ( cemas ) adalah perasaan takut sesuatu yang tisak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif.
- Cemburu. Adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang. Menurut Hurlock reaksi ini meliputi pengunduran diri kearah bentuk perilaku yang infantile seperti : mengompol, mengisap jempol, makanan yang aneh-aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak.
- Ingin Tahu. Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah.
- Iri hati. Iri hati pada saat anak merasa tidak memperoleh perhatian yang di harapkan.
- Senang Adalah emosi yang menyenangkan.
- Sedih. Perasaan sedih adalah emosi yang sangat menyedihkan.
- Kasih sayang. Adalah emosi positif yang sangat penting keberadaannya menjadi dari berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
a. Pada bayi hingga 18 bulan
- Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
- Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.
- Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.
- Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
- Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
- Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
c. Usia antara 3 sampai 5 tahun
- Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
- Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.
d. Usia antara 5 sampai 12 tahun
- Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi- informasi.
- Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalisasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
- Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
- Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar