Sabtu, 01 Juni 2013

Inovasi Pendidikan

Inovasi Pendidikan. Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang  baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata  innovation menjadi kata Indonesia yaitu ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga  dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan.  Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa  Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara  pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha  pembaharuan. 

A. Pengertian Discovery, Invention, dan Innovation 
”Discovery”, ”invention”, dan ”innovation” dapat diartikan dalam bahasa  Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti  ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada  lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti  sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan  maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi. 
  1. Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya  benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.  Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika itu sudah lama  ada, tetapi baru ditemukan oleh Columbus pada tahun 1492, maka dikatakan  Columbus menemukan benua Amerika, artinya orang Eropa yang pertama  menjumpai benua Amerika. 
  2. Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru,  artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar  sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya  penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik,  mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas  berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi  wujud yang ditemukannya benar-benar baru. 
  3. Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang  dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau  sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun  diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk  memecahkan suatu masalah tertentu.
B. Pengertian Inovasi Pendidikan 
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi  untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide,  barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang  atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri,  yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan  masalah pendidikan.

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaharuan dan perbuahan. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja). Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memcahkan masalah pendidikan.

Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau suatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu mungkin sudah lama dikenal pada konteks sosial lain atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. Dengan demikian, daat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi.

Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.

Tujuan Inovasi Pendidikan
Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas: sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunana), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya. Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi adalah, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.

Proses Inovasi Pendidikan
A. Difusi dan Diseminasi Inovasi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat  (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam  waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya  saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik  secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan  pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi. 

Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikai yakni  komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah  hal yang baru (inovasi).  Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi  desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal  seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan  menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang  tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi  desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja  sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam  pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada  agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab  terjadinya difusi inovasi. 

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan,  diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka  diseminasi dengan perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi  penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam proses belajar mengajar.  Setelah diadakan percobaan ternyata dengan pendekatan keterampilan proses  belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajarMaka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan. Untuk menyebarluaskan cara  baru tersebut, dengan cara menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi  juga difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masisng. Terjadi saling tukar  informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi  tersebut.

Elemen Difusi Inovasi 
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1)  inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga  masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diurakan  sebagai berikut: 
 1. Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata  Baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.

Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu. Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu masih serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.

Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.  

2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi) sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.

Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal (antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.

Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily). Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain.

3. Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a. Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan (implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana peranan elemen waktu tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.

b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir.

Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).

Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.

c. Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi oleh warga
masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65) Bagan tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.

Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi sistem sosial tertentu.

4. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya. Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi inovasi.

B. Proses Keputusan Inovasi
1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi 
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.

2. Model Proses Keputusan Inovasi 
Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a)  tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap  implementasi, dan (e) tahap konfirmasi. 
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.

b. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.

c. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.

d. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek.

e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas.

3. Tipe Keputusan Inovasi
a. Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain.

b. Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan anatar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dianutnya.

c. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan.

d. Keputusan inovasi kontingensi (contingent) yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah perguruan tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan 
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem  dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga  pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya  akan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga  pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai  budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat  menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman. 

Agar dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan  pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga  hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a) kegiatan belajar mengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem  pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar 
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar  mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai  tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang  pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar  mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan  tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan  institusional yang telah dirumuskan.  
b. Faktor Internal dan Eksternal 
Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun  klien (yang dilayani) adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pendidikan  harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan kelompok  yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan). 

Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan  dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar  pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk  mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian  dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan  pendidikan. 

Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi  pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang  secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan  kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai  penunjang pengadaan dana. 
c. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan) 
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan  yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di  Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh  sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan. Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah  tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru  untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka  menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh  mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan  kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman. 

Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan profesional  serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan  tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif.  Siklus otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973)  yang dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan  kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak mampu untuk  mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi  tantanagan kemajuan jaman.  

Sifat Perubahan Dalam Inovasi
Huberman dalam Santoso  S. Hamidjojo  ( 1974 : 30 ) membagi sifat-sifat perubahan dalam inovasi ke dalam enam kelompok yaitu :
  • Penggantian (Substitution), misalnya inovasi dalam bentuk penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk-bentuk prabot, alat-alat, guru atau system ujian yang lama diganti dengan yang baru.
  • Pergiliran (Alternation), misalnya usaha mengubah tugas guru yang tadinya hanya tugas mengajar , juga harus bertugas menjadi guru bimbingan dan penyuluh.
  • Penambahan (Addition), dalam inovasi yang bersifat penambahan ini tidak ada penggantian atau perubahan. Kalaupun ada yang di ubah maka perubahan tersebut  hanyaberupa perubahan  dalam hubungan antar komponen yang terdapat dalam system yang masi perlu dipertahankan.
  • Penyusunan Ulang (Restructuring), upaya penyusunan kembali berbagai komponen yang ada dalam system dengan maksud agar mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan.
  • Penghapusan (Elimination), upaya pembaharuan dengan cara menghilangkan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan atau pengurangan komponen-komponen tertentu dalam pendidikan atau penghapusan pola atau cara-cara lama.
  • Penguatan (Reinforcement), upaya peningkatan untuk memperkokoh dan memantapkan kemampuan atau pola dan cara-cara yang sebelumnya terasa lemah.
(sumber : upi.edu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar