Sabtu, 17 November 2012

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, Belanda tidak mengakui kemerdekaan itu dan terus berusaha untuk menjajah Indonesia kembali. Bangsa Indonesia berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kemerdekaan.Ada dua bentuk perjuangan mempertahakan kemerdekaan, yaitu perjuangan fisik dan perjuangan diplomasi. Perjuangan fisik dilakukan dengan cara bertempur melawan musuh.  Perjuangan diplomasi dilakukan dengan cara menggalang dukungan dari negara-negara lain dan lewat perundingan-perundingan. 

Pertempuran mempertahankan kemerdekaan
1. Pertempuran 10 November di Surabaya 
Pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat untuk pertama kali di Surabaya di bawah komando Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara Sekutu bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang). Tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok dan berhasil membebaskan Kolonel Huiyer,seorang perwira angkatan laut Belanda yang ditawan  Tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. 

Komandan Sekutu menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari bahaya kehancuran.  Presiden Sukarno bersama Moh. Hatta, Amir Syarifudin, dan Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya untuk menenangkan keadaan. Tanggal 30 Oktober 1945 dicapai kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak. Kesepakatan tersebut dilanggar dan terjadi pertempuran yang mengakibatkan terbununhnya Mallaby 9 November 1945, pimpinan sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. 

Isi ultimatum itu adalah: “Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara”. 

Seluruh rakyat menolak ultimatum tersebut dan pada tanggal 10 November 1945 terjadilah pertempuran di bawah pimpinan Bung TomoUntuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.  

2. Pertempuran Ambarawa 
Tanggal 20 Oktober 1945 pasukan sekutu di bawah pimpinan BrigJend Bethel mendarat di Semarang. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Magelang dan Ambarawa Tawanan yang dibebaskan dipersenjatai oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration), yaitu pemerintahan peralihan Belanda. Sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. 

Para pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke Ambarawa.  Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Tanggal 20 November-15 Desember 1945 terjadi perang di Ambarawa di bawah komando Mayor Androngi, Mayor Soeharto, dan Mayor Sarjono 

Pimpinan pasukan diambil alih oleh Kolonel Sudirman. Tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke Ambarawa. Tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang.  Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Dan di Ambarawa didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan Ambarawa. 

Pertempuran Medan Area 
Tanggal 9 Oktober 1945 Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan (Sumatera Utara). Pasukan Inggris bertugas untuk membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang.  Para tawanan dari daerah Rantau Prapat, Pematang Siantar, dan Brastagi dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur Moh. Hasan.  Kelompok tawanan dibentuk menjadi “Medan Batalyon KNIL”. 

Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan tentara Jepang. Tanggal 10 Oktober 1945 dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Sumatera Timur yang beranggotakan para pemuda bekas Giyugun dan Heiho Sumatera Timur yang dipimpin oleh Ahmad Tahir. 

Tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan.  Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang pemuda.   Hotel tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara Republik Indonesia) Tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan pengumuman bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area.” Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihat batas-batas kekuasaan mereka. 

Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan Area. Jenderal T.E.D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata. Perlawanan terhadap Inggris dan Belanda terus berlanjut sampai Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli 1947. 

Bandung Lautan Api 
Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum (peringatan) pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945.  Peringatan ini tidak dihiraukan oleh para pejuang Indonesia.  Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan.  Bandung Utara dikuasai sekutu.

Tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua.  Mereka menuntut agar semua masyarakat dan para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan.  sejak 24 Januari 1946, TKR telah berubah namanya menjadi TRI.  Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah Republik Indonesia Pusat memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya mundur dan mengosongkan Bandung Selatan. 

Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah.  Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh. Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung.  Sebelum ditinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang.  Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.   Dalam peristiwa tersebut, gugur seorang pejuang Mohammad Toha 

Beberapa pertempuran lainnya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang terkenal antara lain sebagai berikut :
  • 12 November 1946, Pertempuran Margarana yang dipimpin Letkol I Gusti Ngurah Rai di Bali 
  • 3 November 1946, Pertempuran di Sulawesi Selatan yang dipimpin Robert Wolter Mongisidi. 
  • Awal bulan Januari 1947, Pertempuran lima hari lima malam di Palembang. 
  • 5 Januari 1947, Pertempuran laut di Teluk Cirebon yang menenggelamkan Kapal Perang RI, Gajah Mada. 
  • Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta yang dipimpin oleh Letkol Suharto. 
Usaha Perdamaian dan Agresi  Militer Belanda
1. Perjanjian Linggarjati
Tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Linggajati sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van Mook. Tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak. 

Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggajati sangat merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit. 
isi perjanjian Linggajati :
  • Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa,Madura, dan Sumatera. 
  • Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas: Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan  Negara Kalimantan. 
  • Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni (kesatuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda.
2. Agresi Militer Belanda I
Tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini melanggar Perjanjian Linggajati.  Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.  Akibatnya wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil.  Serangan militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I.  Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional. Wakil-wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) agar mengadakan sidang untuk membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik Indonesia. 

3. Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
Tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak. Tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak di antara pihak-pihak yang berperang. PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas:  Australia, dipilih oleh Indonesia;  Belgia, dipilih oleh Belanda;  Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda 

Perundingan dilakukan di atas kapal Renville, yaitu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil perundingan ini dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.  Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.  Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.  Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.  Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.

Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut : 
  • Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera. 
  • Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda.
Hasil Perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah kekuasaan Republik Indonesia menjadi semakin sempit

4. Agresi Militer Belanda II
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia.  Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda.  Sejak 4 Januari 1946, lbu kota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.  Belanda mengerahkan angkatan udaranya  Lapangan Udara Maguwo tidak dapat dipertahankan. Akhirnya Yogyakarta direbut Belanda.            

Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Suryadarma ditangkap Belanda. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka.  Sebelum tertangkap, Presiden Sukarno telah mengirim mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera.  Tujuannya ialah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota Bukit Tinggi.

Negara-negara di Asia seperti India, Myanmar, Afganistan, dan lain-lain segera mengadakan Konferensi New Delhi pada bulan Desember 1949. Mereka mendesak agar:  Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta, dan  Serdadu Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia.  Belanda tidak memperdulikan desakan itu. Belanda baru bersedia berunding setelah Dewan Keamanan PBB turun tangan.

Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan 
1. Perjanjian Rum-Royen 
Perjanjian Rum-Royendisetujui di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949.  Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Rum, sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Dr. van Royen.  Anggota delegasi Indonesia lainnya ialah Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono lX.

Isi Perjanjian Rum-Royen adalah sebagai berikut. 
  • Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta 
  • Menghentikan gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik. 
  • Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.   
  • Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara Belanda dan Indonesia setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. 
2. Konferensi Meja Bundar 
Tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.  Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah Negaranegara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II.  Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen. Sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley.   

Hasil-hasil persetujuan yang dicapai dalam KMB adalah sebagai berikut. 
  • Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949. 
  • RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. 
  • Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. 
Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB sangat memuaskan rakyat Indonesia. 

Pengakuan Kedaulatan 
Tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS.  Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan.  Di Den Haag Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia.  Sedangkan dalam upacara pengakuan kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX. 

Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera Indonesia.


Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan
1. Ir. Sukarno
  • Sukarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia.  
  • Beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai presiden, beliau turut berjasa dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.  
  • Beliau ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948. 
  • Sebelum beliau ditangkap telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
2. Drs. Mohammad Hatta
  • Drs. Mohammad Hatta adalah Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. 
  • Beliau memimpin kabinet di awal pembentukan negara Indonesia.  
  • Beliau dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil KMB sangat memuaskan Bangsa Indonesia. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia.  
3. Jenderal Sudirman
  • Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit.
4. Bung Tomo
  • Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan beliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu pada tanggal 10 November 1945.
5. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
  • Sebagai bangsawan, beliau membaur berjuang bersama rakyat biasa. Sri Sultan Hamengku Buwono merupakan tokoh pejuang diplomatik Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949.
Soal UH Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar