Globalisasi merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris globalization. Globalization berasal dari kata globe yang berarti bumi atau dunia. Globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses mendunia.
Menurut Prof. Selo Soemardjan, globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi
dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Sistem ini terbentuk ketika suatu kelompok masyarakat menjalin hubungan dengan kelompok masyarakat lain guna memenuhi kebutuhan. Dalam hubungan tersebut terjadilah proses globalisasi. Proses globalisasi menurut Selo Soemardjan telah berlangsung cukup lama. Proses ini terjadi dalam berbagai bentuk, seperti hubungan dagang, transformasi budaya, persebaran agama, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ulrich Beck, seorang sosiolog Jerman mengartikan globalisasi secara berbeda. Menurutnya, globalisasi menjadikan setiap negara mengalami deteritorialisasi, yaitu proses hilangnya batas teritorial. Globalisasi memungkinkan terjalinnya interaksi antarmasyarakat di negara berbeda melalui kecanggihan teknologi. Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi seperti telepon, handphone, dan internet.
Ciri-ciri terjadinya proses globalisasi sebagai berikut.
- Menipisnya Batas-Batas Negara. Kemajuan teknologi membuat batas-batas negara semakin tipis. Keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi melalui kemajuan teknologi komunikasi. Dengan media seperti, telepon, handphone, dan internet kita dapat berkomunikasi dengan warga di negara lain tanpa bertatap muka langsung.
- Terjadinya Perdagangan Bebas. Saat ini kegiatan ekonomi dunia cenderung mengarah pada perdagangan bebas. Kebijakan perdagangan bebas pada era global muncul dengan disepakatinya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947. Kesepakatan GATT ditujukan untuk mengatur tarif dan menghilangkan hambatan perdagangan. Melalui GATT, masyarakat dunia mencoba membentuk hukum yang selaras demi berlangsungnya pasar bebas. Selain itu, di kawasan regional juga muncul kesepakatan perdagangan bebas dalam kawasan tertentu, seperti NAFTA (Amerika Utara), APEC (Asia Pasifik), dan AFTA (Asia Tenggara).
- Meningkatnya Wawasan Masyarakat Dunia. Globalisasi memungkinkan seseorang melakukan hubungan dengan warga negara lain. Hubungan ini menimbulkan proses saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini mengakibatkan terbukanya pengetahuan dan wawasan mereka tentang masyarakat dunia. Mereka beralih dari pola pikir sektoral lokal menuju pola pikir plural internasional. Artinya, seseorang atau negara melihat dirinya dalam ruang lingkup lebih luas.
- Munculnya Liberalisme dalam Kehidupan Segala Bidang. Keadaan bebas tanpa batas pada era global menyebabkan munculnya paham liberalisme pada masyarakat dunia. Liberalisme dipahami sebagai proses pembebasan bagi sebagian besar orang untuk turut campur menentukan kegiatan ekonomi di negara lain. Liberalisme berlaku dalam segala bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
- Runtuhnya Kedaulatan Nasional. Ketika suatu negara mengintegrasi diri dalam sistem global, negara tersebut harus terbuka terhadap ekonomi, politik, dan sosial masyarakat global. Negara-negara tersebut bersaing berdasarkan kemampuan dan keterampilan dalam persaingan global. Kedaulatan nasional ikut terpengaruh atas hubungan antarnegara. Hal ini menyebabkan kedaulatan nasional suatu negara runtuh.
- Terjadinya Transformasi Budaya. Globalisasi mempermudah interaksi antarnegara. Interaksi tersebut membuat negara saling mengenal kebudayaan masing-masing. Hasilnya setiap negara mengintegrasi unsur-unsur kebudayaan yang dirasa menguntungkan sehingga memunculkan kebudayaan baru. Dalam hal ini telah terjadi transformasi budaya yang memunculkan perubahan sikap, nilai, dan pola perilaku masyarakat.
Dampak Globalisasi bagi Masyarakat
a. Dampak Positif Globalisasi
Dampak positif globalisasi bagi masyarakat Indonesia sebagai berikut.
- Sistem Pemerintahan Semakin Terbuka dan Demokratis. Pada era global paham Barat yang mengusung demokrasi dan kebebasan lebih mendominasi dibandingkan paham lain. Hak dan kewajiban warga negara dianggap sama. Sistem pemerintahan diatur oleh rakyat dan untuk rakyat guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sistem pemerintahan yang tidak dijalankan secara demokratis akan mendapat tekanan dari dunia internasional.
- Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dalam Negeri. Globalisasi memungkinkan negara berkembang bekerja sama dengan negara maju, terutama dalam pengadaan modal. Negara maju yang memiliki surplus modal memberikan bantuan berupa investasi asing, utang luar negeri, dan dana bantuan. Modal tersebut diinvestasikan ke pabrik atau perusahaan negara untuk kegiatan produksi. Proses ini juga menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk. Dengan demikian, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara.
- Meningkatkan Produktivitas Kerja Masyarakat. Pada era global negara harus siap bersaing dengan negaranegara maju yang memiliki teknologi tinggi. Persaingan ini mendorong masyarakat dunia untuk mengembangkan potensi ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya produktivitas kerja masyarakat dunia. Semangat kerja tinggi dibutuhkan untuk memenangkan persaingan pada era global.
- Mendorong Peningkatan Gerak Sosial Masyarakat. Menipisnya batas-batas antarnegara menyebabkan ruang sosial masyarakat semakin luas. Kecanggihan teknologi menjadikan dunia seperti selembar daun kelor. Adanya teknologi dunia maya atau internet dengan fasilitas chatting, email, dan friendster menjadikan ruang sosial masyarakat semakin luas.
b. Dampak Negatif Globalisasi
Dampak negatif globalisasi bagi masyarakat sebagai berikut.
- Memudarnya Rasa Nasionalisme. Paham liberalisme mampu menggeser ideologi bangsa. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme bisa membawa kemajuan dan kemakmuran. Lama-kelamaan, paham liberalisme menggeser Pancasila sebagai ideologi bangsa. Akibatnya, nasionalisme suatu bangsa mulai menipis.
- Memudarnya Rasa Cinta terhadap Produk-Produk Dalam Negeri. Produk-produk luar negeri (seperti Pizza Hut Mc Donald, Coca Cola, dan Gucci) yang membanjiri Indonesia mampu memudarkan kecintaan terhadap produk dalam negeri. Ada anggapan bahwa produk luar lebih bagus dan bermutu membuat orang-orang lebih mencintai produk luar dan meninggalkan produk dalam negeri.
- Munculnya Kesenjangan Ekonomi. Persaingan ketat pada era global menimbulkan kesenjangan ekonomi. Seseorang dengan tingkat ekonomi tinggi mampu bersaing di tengah persaingan global. Sementara itu, orang dengan tingkat ekonomi rendah semakin terpuruk di tengah persaingan tersebut.
- Memudarnya Nilai-Nilai Sosial Masyarakat. Masuknya paham-paham Barat menyebabkan nilai-nilai sosial masyarakat memudar. Mereka cenderung meniru budaya Barat. Pandangan ini menyebabkan munculnya dekadensi moral. Dekadensi moral adalah menurunnya atau merosotnya moral seseorang yang ditunjukkan dari perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
- Munculnya Benturan Budaya. Globalisasi mendorong bertemunya kebudayaan baru dan kebudayaan lama di masyarakat. Hal ini memunculkan gejala cultural shock, anomie, dan cultural lag. Cultural shock terjadi ketika masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi. Hal ini disebabkan masyarakat tidak siap menerima perubahan dan masuknya tata nilai baru akibat globalisasi. Anomie merupakan dampak lanjutan dari munculnya cultural shock. Ketidaksiapan masyarakat terhadap perubahan membuatnya kebingungan memilih nilai dan norma sosial yang cocok untuk diterapkan di tengah derasnya arus globalisasi. Akibatnya, masyarakat berperilaku tanpa berpedoman pada nilai dan norma. Cultural lag muncul sebagai akibat adanya ketidaksamaan cara pandang dan penerimaan terhadap hal-hal baru. Cultural lag ditunjukkan dengan adanya perubahan tata nilai dan norma pada masyarakat.
Perilaku Masyarakat di Tengah Arus Globalisasi
a. Perilaku Positif
- Berpikir Rasional, Sistematis, Analistis, dan Logis. Pengetahuan dan kemajuan teknologi menuntut masyarakat untuk berpikir rasional, sistematis, analistis, dan logis. Misalnya, dahulu masyarakat memercayai hal-hal yang berbau mistik atau takhayul. Pada era global segala sesuatu diterima dengan daya nalar dan rasional.
- Menghargai Waktu dan Prestasi. Ketatnya persaingan yang terjadi pada era global menjadikan masyarakat lebih menghargai waktu dan prestasi. Waktu dianggap sebagai sesuatu yang berharga. Setiap orang menggunakan waktu sebaiknya-baiknya untuk mengejar prestasi. Tidak heran, jika pada era global sebagian orang bekerja tanpa mengenal waktu.
- Menjunjung Tinggi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Teknologi canggih memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan. Misalnya, internet memudahkan setiap orang mengakses informasi di seluruh dunia. Adanya teknologi handphone memungkinkan orang untuk berkomunikasi di mana pun dan dengan siapa pun. Kemudahan ini menjadikan manusia menjadi tergantung dengan teknologi.
b. Perilaku Negatif
- Bersikap Materialistis. Globalisasi membuat seseorang memandang materi (kebendaan) sebagai hal yang utama dalam kehidupan. Semakin besar kekayaan yang dimiliki, semakin mudah dalam menjalani kehidupan sosial. Pandangan ini membuat masyarakat bersifat materialistis.
- Bersikap Individualistis. Pada era global semakin banyak orang yang lebih mencintai dirinya sendiri. Mereka lebih memperjuangkan kepentingan sendiri daripada kepentingan orang lain. Orang-orang tersebut tidak memiliki rasa simpati terhadap penderitaan orang lain. Sikap inilah yang dinamakan individualistis.
- Berperilaku Konsumerisme. Pada era global negara asing bebas memasarkan produk-produk terbaru di negara lain. Misalnya, makanan, minuman, pakaian, kosmetik, dan elektronik. Kondisi semacam ini mendorong seseorang untuk membelanjakan uang secara berlebihan. Masyarakat terjebak pada gaya hidup boros dan konsumerisme. Konsumerisme merupakan pandangan yang diikuti tindakan atau perbuatan atas penggunaan barang secara berlebihan.
- Bergaya Hidup Westernisasi. Ide, pikiran, budaya, maupun gaya hidup Barat ditiru masyarakat. Masuknya budaya dan gaya hidup Barat yang ditanggapi secara berlebihan menimbulkan pola hidup westernisasi. Westernisasi adalah sikap meniru budaya Barat yang dianggap lebih baik daripada budaya sendiri. Misalnya, pergaulan bebas, clubbing, dan alkoholisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar