Sabtu, 02 November 2013

Akhir Orde Baru dan Lahirnya Reformasi

Kegagalan PKI dalam upaya kudeta pada tahun 1965 menimbulkan dua permasalahan besar bagi Indonesia. Pertama, carut-marutnya perekonomian Indonesia dengan inflasi sampai 600%. Kedua, terjadinya konflik sosial akibat dendam pada PKI dan organisasi bawahannya. Kedua permasalahan tersebut perlahan-lahan bisa diatasi dengan tampilnya Jenderal Soeharto. Orde Baru pun lahir dengan tekad melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Selanjutnya, Orde Baru bertakhta dalam kehidupan bangsa Indonesia selama 32 tahun.  

1. Peristiwa Penting Sepanjang Orde Baru
Sejarah Orde Baru dimulai tanggal 12 Maret 1967. Jenderal TNI Soeharto ditunjuk oleh MPR sebagai pejabat presiden. Orde Baru memimpin pemerintahan di Indonesia selama lebih kurang 32 tahun. Soeharto tampil sebagai presiden tunggal selama tujuh kali berturut-turut. Selama menjalankan tugas kepresidenan, beliau didampingi oleh wakil presiden yang berbeda. Wakil presidennya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusuma, Soedharmono, Try Sutrisno, dan B.J. Habibie. 

Berikut ini beberapa peristiwa penting yang terjadi selama pemerintahan Orde Baru.
No.
Peristiwa
Waktu
Keterangan
1.
Pemilu pertama
3 Juli 1971
Diikuti sepuluh kontestan dengan pemenang Golkar.
2.
Fusi parpol
Januari 1973
Penggabungan sembilan parpol menjadi tiga, yaitu PPP, PDI, dan Golkar.
3.
Peristiwa Malari
15 Januari 1974
Demonstrasi mahasiswa anti-Jepang
4.
Integrasi Timor Timur
Juli 1976
Timor Timur menjadi provinsi ke-27
5.
Pemilu kedua
Mei 1977
Diikuti tiga kontestan dengan pemenang Golkar.
6.
Demo anti-Soeharto
1979
Pangkopkamtib Sudomo menahan sepuluh ribu orang.
7.
Kerusuhan anti-Cina
1980
Terjadi di Surakarta dengan korban enam orang, ribuan rumah, perusahaan, dan kantor hancur. Sebanyak 680 orang ditahan.
8.
Pemilu ketiga
1982
Golkar sebagai pemenang dalam pemilu ini. Koran Pelita dan majalah Tempo diberedel karena memberitakan kekerasan selama pemilu.
9.
Peristiwa Tanjung Priok
12 September 1984
Demo antipemerintah menewaskan delapan belas orang. Banyak tokoh politik dipenjara.
10.
Pemilu keempat
April 1987
Golkar sebagai pemenang dalam pemilu
11.
DOM
1990
Aceh dijadikan Daerah Operasi Militer
12.
Insiden Santa Cruz
12 November 1991
Demo prokemerdekaan dan mengakibatkan sembilan belas orang tewas.
13.
Pemilu kelima
Juni 1992
Golkar sebagai pemenang dalam pemilu
14.
Non-Blok
1992
Indonesia menjadi ketua dan penyelenggara
Pertemuan Puncak Gerakan Non-Blok.
15.
Pemberedelan
994
Majalah Editor, Tempo, dan tabloid Detik diberedel.
16.
Kudatuli
27 Juli 1996
Kerusuhan meletus di Jakarta setelah terjadi rebutan kantor PDI.
17.
Pemilu keenam
Mei 1997
Golkar menjadi pemenang. Pemilu ini paling brutal selama Orde Baru dan menewaskan 250 orang.
18.
Insiden Trisakti
12–13 Mei 1998
Empat mahasiswa tewas tertembak saat demonstrasi menuntut mundurnya Soeharto
19.
Tragedi Mei
13–15 Mei 1998
Kerusuhan dan penjarahan melanda Jakarta.
Ratusan orang tewas terpanggang.
20.
Suksesi 1998
21 Mei 1998
Presiden Soeharto menyatakan mundur.
2. Perkembangan Ekonomi pada Masa Orde Baru
Masa keemasan Orde Baru terjadi pada tahun 1976–1988. Keberhasilan itu didukung melonjaknya harga minyak dunia, mengalirnya bantuan negara-negara donor, dan efektifnya rencana pembangunan lima tahun (Repelita) I–III. Pada tahun 1980-an Indonesia adalah penghasil gas alam cair terbesar di dunia. Pelaksanaan Repelita bisa tepat sasaran dan program. Upaya Orde Baru untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat berhasil pada periode itu. Pendapatan per kapita Indonesia naik dari US$70 pada tahun 1968 menjadi US$1.000 pada tahun 1996.
a. Prestasi Orde Baru
  • Program transmigrasi bisa mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan membuka lahan-lahan baru di luar Pulau Jawa. 
  • Program keluarga berencana (KB) mampu menekan laju pertumbuhan penduduk.
  • Program bebas tiga buta (B3B). 
  • Gerakan Wajib Belajar Wajar 9 Tahun dan Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh (GNOTA). 
b. Swasembada Beras
Prestasi Orde Baru yang fenomenal adalah swasembada pangan pada tahun 1980-an. Usaha mencapai swasembada beras berlangsung selama Repelita I dan Repelita II. Usaha ini dilaksanakan melalui rehabilitasi saluran irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru, penyediaan fasilitas kredit, penerapan kebijaksanaan harga, serta pemanfaatan teknologi dan penyuluhan.

Repelita III menekankan usaha intensifikasi khusus (insus) pada tahun 1979. Dengan memperluas penggunaan benih varietas unggul, penggunaan pupuk secara optimal, meningkatkan usaha pengendalian hama dan penyakit, serta meningkatkan pengelolaan air irigasi. Atas usaha yang dilakukan sejak Repelita I, impor beras tidak dilaksanakan mulai tahun 1984 dan swasembada beras berhasil dicapai.

Untuk mempertahankan swasembada beras dilaksanakan suprainsus pada Repelita IV. Sistem ini meningkatkan partisipasi kelompok tani. Programnya antara lain pembangunan dan pemeliharaan sarana irigasi, pencetakan sawah, dan pengendalian hama terpadu. Pada tahun pertama Repelita V, peningkatan produksi padi dilaksanakan dengan meningkatkan luas areal suprainsus dan pencetakan sawah.  

3. Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi
Selama masa pemerintahan Soeharto, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur. Korupsi besar yang pertama terjadi tahun 1970-an ketika Pertamina dipegang Ibnu Sutowo. Praktik korupsi menggurita hingga kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 1998. Rasa ketidakadilan mencuat ketika kroni-kroni Soeharto yang diduga bermasalah menduduki jabatan menteri Kabinet Pembangunan VII.  

Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sehingga menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Antara pusat dan daerah terjadi kesenjangan pembangunan karena sebagian besar kekayaan daerah disedot ke pusat. Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang sosial dan politik. Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi diharamkan rezim Orde Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai pemberedelan koran maupun majalah. Untuk menjaga keamanan atau mengatasi kelompok separatis, pemerintah memakai kekerasan bersenjata. Misalnya, program ”Penembakan Misterius” (Petrus) atau Daerah Operasi Militer (DOM). Kelemahan tersebut mencapai puncak pada tahun 1997–1998.

a. Dari Krisis Ekonomi ke Krisis Multidimensi (Segala Bidang)
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis moneter dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada bulan Juli 1997 merembet ke Indonesia. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling parah. Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis. IMF memerintahkan penutupan enam belas bank swasta nasional pada 1 November 1997. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara.  

Krisis ekonomi mengakibatkan rakyat menderita. Pengangguran melimpah dan harga kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di berbagai daerah. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan, hingga bulan Januari 1998 rupiah menembus angka Rp17.000,00 per dolar AS. Krisis moneter tersebut telah berkembang menjadi krisis multidimensi. Krisis ini ditandai adanya keterpurukan di segala bidang kehidupan bangsa. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin menurun.  Kabinet Pembangunan VII yang disusun Soeharto ternyata sebagian besar diisi oleh kroni dan tidak berdasarkan keahliannya. Kondisi itulah yang melatarbelakangi munculnya gerakan reformasi.

b. Gerakan Reformasi
Para mahasiswa harus turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan jalan keluar. Gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda antara lain suksesi kepemimpinan nasional, amendemen UUD 1945, pemberantasan KKN, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi hukum, dan pelaksanaan otonomi daerah. Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Berikut ini kronologi beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998.
1) Demonstrasi Mahasiswa
Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama Mozes Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto berangkat ke Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang G 15.
2) Peristiwa Trisakti
Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntut Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Peristiwa Trisakti mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa Indonesia.
3) Kerusuhan Mei 1998
Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas.  
4) Pendudukan Gedung MPR/DPR
Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/ DPR agar mengambil sikap yang tegas. Tanggal 18 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden. Untuk mengatasi keadaan, Presiden Soeharto menjanjikan akan mempercepat pemilu. Hal ini dinyatakan setelah Presiden Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998.  
5) Pembatalan Apel Kebangkitan Nasional
Momentum hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 rencananya digunakan tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas. Beliau membatalkan rencana apel dan doa bersama karena 80.000 tentara bersiaga di kawasan tersebut. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua MPR/ DPR Harmoko kembali meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 22 Mei 1998 atau DPR/MPR akan terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri
6) Pengunduran Diri Presiden Soeharto
Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah menyatakan, ”Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”. Ini beliau lakukan setelah mendengar kepastian dari Yuzril Ihza Mahendra. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar